RSS : Articles / Comments


8 Kebohongan Seorang Ibu

02.37, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Cerita ini bermula ketika saya masih kecil, kebetulan Saya dilahirkan dalam keluarga yang berkekurangan. Hidup kami hanya pas-pasan. Pernah seharian kami hanya mendapatkan sebungkus nasi dan ibu memberikannya kepada saya. Sambil menuangkan nasi ke dalam piring saya, Ibu berujar "Makanlah nasi ini, Nak! Ibu tidak lapar.". Ini Kebohongan Pertama Ibu.

Beranjak remaja, di waktu luang, ibu sering pergi memancing di sungai dekat rumah kami, ibu berharap dari ikan yang beliau tangkap, beliau bisa memberikan sedikit makanan yang lebih bergizi untuk petumbuhan anak-anaknya. Kurang beruntung, kali ini Ibu hanya mendapat 2 ikan saja, lantas beliau membuat sup ikan seadanya. Ibu mendampingiku selama makan, Ibu cukup memakan apa yang masih tersisa yang ada ditulang ikan sisa yang telah saya makan, hati saya terharu melihatnya. Dengan sumpit saya ambilkan ikan lain yang masih utuh untuk Ibu tapi dia langsung menolaknya dan segera berkata, "Makan ikan ini, nak, ibu tidak suka ikan.!". Ini Kebohongan Kedua Ibu.

Untuk pendidikan kami, Ibu kulakan di Pabrik Korek api , dibawanya pulang beberapa kotak besar penuh batangan korek api. Sesampai di Rumah, batang korek api itu diisikannya ke kotak-kotak korek api yang kecil, siap untuk dijual eceran kembali. . Hal ini dilakukan semata-mata agar anak-anaknya bisa mendapatkan biaya untuk pendidikan yang terbaik.
Di suatu malam yang dingin Saya terbangun dan mendapati Ibu mengisi kotak korek api tersebut dengan hanya diterangi cahaya lilin. Lalu Saya berkata, "Ibu, tidurlah, hari sudah larut malam, Ibu bisa melanjutkannya besuk pagi.” "Ibu tersenyum dan berkata" . Pergilah tidur, Nak! Ibu tidak lelah. "
Ini Kebohongan Ketiga Ibu.

Ketika saya menempuh Ujian Akhir, Ibu selalu menemani belajar saya hingga fajar. Begitupun ketika ujian berlangsung Ibu menunggu saya selama berjam-jam tanpa mempedulikan panasnya terik matahari. Ketika bel berbunyi, Saya berlari menemuinya, Ibu pun memeluk saya dan memberikan segelas teh yang telah beliau siapkan di termos. Dalam hati saya bergumam ” Cinta Ibu-ku lebih kuat dari sekedar Teh ini, biarpun teh ini sangat-sangat menyegarkan”. Ketika kulihat wajah ibu yang penuh dengan peluh, Saya segera memberikan gelas dan meminta ibu untuk minum juga. Namun Ibu berkata "Minumlah nak, Ibu tidak haus!".
Ini Kebohongan Keempat Ibu.

Setelah Bapak meninggal, Ibu menjadi single parent. Dia harus bekerja sendiri, bahkan lebih keras lagi untuk membiayai kebutuhan hidup kami yang semakin berat. Kami sering kelaparan.
Melihat kondisi keluarga kami memburuk, Paman kami yang baik yang tinggal di dekat rumah kami membantu sebisanya. Bahkan tetangga kami yang simpati sering menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tapi Ibu menolak untuk menikah lagi dan mengatakan "Saya tidak butuh cinta."
Ini Kebohongan ibu yang kelima.

Setelah saya menyelesaikan studi dan mendapatkan pekerjaan, sudah waktunya bagi Ibu saya yang semakin tua itu untuk pensiun. Tetapi ibu tidak mau berhenti, setiap hari beliau pergi ke pasar hanya untuk menjual sebakul sayuran. Saya terus mengirim uang, tapi beliau teguh dan bahkan mengirimkan kembali uang tersebut ke saya. Dia berkata, "Saya masih punya cukup uang. "
Itu adalah Kebohongan Keenam Ibu.

Didanai oleh American Corporation tempat saya bekerja saya dapat meneruskan studi untuk mengambil gelar Master, saya berhasil dalam studi saya dan mendapatkan imbalan sallary yang jauh lebih besar dari gaji sebelumnya, saya memutuskan untuk membawa ibu untuk menikmati hidup di Amerika, tetapi Ibu tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepada saya "Saya tidak terbiasa hidup high-class"
Itu adalah Kebohongan Ketujuh Ibu

Dalam pikun-nya, Ibu diserang oleh kanker dan harus dirawat di rumah sakit. Sekarang Ibu tinggal jauh di seberang lautan, Dalam kerinduan , saya putuskan pulang ke rumah untuk mengunjungi Ibu yang sedang terbaring di tempat tidur sehabis operasi. Ibu mencoba tersenyum, tapi saya sungguh terpukul karena dia begitu kurus dan lemah tetapi Ibu berkata, "Jangan menangis, nak, Ibu tidak sakit.!"
Itu adalah Kebohongan Kedelapan Ibu.Sekaligus kalimat terakhir Ibu, dan Beliau menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya, Beliau meninggal.

YA, IBU ADALAH MALAIKATKU !

M - O - T - H - E - R



"M" is for the Million things she gave me,
"O" means Only that she's growing old,
"T" is for the Tears she shed to save me,
"H" is for her Heart of gold,
"E" is for her Eyes with love-light shining in them,
“R " means Right, and right she'll always be,



Bagi Anda yang beruntung masih memiliki Ibu sampai hari ini , bersyukurlah. Bagi mereka yang sudah tidak memiliki Ibu, semoga cerita ini menjadi kenangan yang indah akan Ibu saudara. Amin


Kiriman dari Pak Ari teman KPKS 05 Bogor

No Comment