RSS : Articles / Comments


Wejangan Nenek

08.04, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Nenek Rika sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda yang sangat cerdas dan sering menggoda nenek mereka. Kali ini, Ican mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke Gereja pada hari minggu?""Tentu!""Apa yang nenek peroleh dari Gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?""Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya.
""Lalu apa khotbah dari Pastor?""Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."Ican menggoda, "Apa untungnya pergi ke Gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dariNya?" Nenek Rika terdiam oleh kata-kata itu lantas duduk termenung. Dan cucu-cucu lainnya tampak menjadi malu. Kemudian nenek Rika berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Cucu-cucuku, ayo ikut nenek ke dapur." Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Ican sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!" "Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air didalam tas rajutan....! "Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Ican."Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Nenek ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu." Maka Ican berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-tetes. "Lihat, nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya.""Benar," katanya."Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang. Cucu-cucuku, tidak pernah kita ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kita tidak tahu sekalipun, karena Yesus mencintai kita"
Selengkapnya...

Kisah Pohon Jambu

08.02, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Di dusunku ada 2 orang kaya yang memiliki pohon jambu, sebutlahPak Amat dan Pak Amit.
Pak Amat adalah tipe orang ndeso yang murah hati sedang Pak Amit adalah sosok orang yang katrok dan kikir.

Kebetulan rumah kedua saudagar itu berhadapan dan terletak diujung desa, yang merupakan pintu gerbang masuk dusun kami yang subur itu.

Tiap hari banyak orang yang lalu lalang, bahkan beberapa di antara mereka ada yang berteduh di bawah pohon jambu milik Pak Amat yang rindang itu. Karena Pak Amat tidak pernah memagari halamannya.

Ketika musim jambu tiba, Pak Amat selalu mempersilahkan orang untuk mampir ke rumahnya yang asri itu..... dan semua orang boleh mencicipi jambu sesukanya. "Silahkan Den mampir ke gubug kami ..... dan jangan malu mencicipi jambu cincalow kami", “Anggaplah seperti di rumah sendiri”, begitu kata Pak Amat mempersilahkan tamunya bak seorang Raja.

Walhasil banyak orang yang menyukai Pak Amat .... sehingga di rumahnya banyak sekali orang yang berkunjung saban harinya. Para tamu Pak Amat itu biasanya menjolok jambu dengan peralatan sekenanya ….. sehingga banyak jambu-jambu yang berjatuhan dan berserakan mebuat kotor halaman Pak Amat. Namun Pak Amat tetap berbesar hati, senyumnya senantiasa tersungging dari bibir yang berkumis lebat itu meskipun setiap menjelang petang harus menyapu halaman tersebut seorang diri.

Berbeda dengan Pak Amit .... halamannya yang cukup luas itu dipagarinya dengan kawat berduri , apalagi musim tahun ini pohon pak Amit berbuah sangat lebat dan rasanya …amboi manisnya.

Akhir pekan ini Pak Amit berencana memanen jambu tersebut dan menjualnya ke Tengkulak Suryo, maklar buah-buahan dari dusun sebelah. Sampai suatu siang sebuah batu sekepal tangan melesat dan menjatuhkan beberapa bulir jambu yang ranum itu ….. rupanya si Bejo anak SD Karang Kobar yang masih duduk di kelas 2 itu yang melemparinya.

Si Bejo yang punya reputasi selalu tinggal kelas itu tak kuasa menahan air liurnya ketika matanya telah tertumbuk pada cincalauw yang ranum hasil lemparanya yang sungguh talent dan jitu itu ……..

Namun tanpa disangka dan dinyana Pak Amit keluar dan sembari mengacungkan golok mengejar si Bejo.

Masih beruntung kaki si Bejo seramping kaki kijang, sehingga dengan secepat jepretan blitz kamera tempo doeloe, Bejo mampu mengambil langkah dua ribu .... terbirit barat...menyelinap dalam rerumpunan pohon tebu tak terkejar..........

”Kurang ajar...... kecil-kecil sudah maling ...... awas kalau berani kesini lagi .....kucincang kau jadi srundeng.”, begitu umpat pak Amit yang memang terkenal super pelit ini.......

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan ketika musim jambu kembali tiba setahun kemudian. Pohon jambu Pak Amat berbuah semakin lebat dan berkualitas rasanya ....... namun tragis Pohon jambu Pak Amit kali ini berbuah hanya sedikit saja ..... dan itupun rasanya masam .....

Begitulah pembaca yang pakdiman eh budiman ....... kisah Pak Amat dan Pak Amit ini membawa kita dalam permenungan..... bahwa alampun akan senantiasa berbuat adil terhadap perbuatan kita ..... untuk itu marilah kita senantiasa berbagi ..... terutama kepada mereka yang kekurangan ...... Amin.
Selengkapnya...

Penjual Lilin

07.53, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Siang tadi, disebuah meja kecil warung Burger King di bilangan Thamrin, Jakarta pusat 2 sahabat lama bertemu. Sebenarnya keduanya hanya berseberangan kantor, cuman ya namanya Jakarta tetep aja 12 tahun baru ketemu . Itupun terjadi karena bantuan Om Google yang memberikan nomor hapeku ke sahabat tadi.


Bambang, aku memanggilnya.... dialah teman sebangku waktu aku menuntut ilmu di SMP 5 Yogyakarta tahun 80-an.
Dulu dia kukenal sebagai jawara Puisi dan menyanyi. Suaranya merdu seperti burung Nightingale dalam roman Ratu Peri. Bahkan sering dipercaya menjadi Komandan Upacara bergantian dengan Anis R. Baswedan yang sekarang menjadi rektor Universitas Paramadina yang wajahnya sering nongol di TV One itu. Sepengetahuanku dia adalah anak semata wayang dari ibu single parent yang tegar menantang hidup.

Rambutnya agak sedikit beruban, sedikit guratan wajah yang mengikuti usianya , pembawaannya tenang penuh kontemplasi hidup.

Hari ini dia berjanji akan bercerita tentang profesinya yang baru 2 tahun ini ia geluti, selain kisah haru bahwa sebenarnya Bapaknya masih hidup, beristri dan punya 3 anak di kota Buaya. Ia baru tahu dan bertemu bapak kandungnya itu sebelum menikahi Surti mantan pacarnya yang sekarang dikarunia 3 orang anak dan tinggal bahagia di Serpong. Ia berharap bahwa kedua orang tuanya bisa bersatu kembali menjadi saksi kehidupan baru anaknya si mata wayang. Namun butiran air mata mesti menetes ketika orang yang dicintainya itu tak kunjung datang di hari Pelaminan. (waduh ..... nggrantes)

Dia bertutur sekarang dia berkarya sebagai Penjual Lilin. Lilin yang akan senantiasa menerangi dan tak akan pernah padam. Lilin yang akan menjadi surat cinta yang tulus bagi istri dan buah hatinya.

..... he...he.... stop dulu sekarang udah jam 2 pagi ..... mesti bobok besuk harus njemput Eyang Kakung di Senen ..... ntar nyambung deh .....
Selengkapnya...

07.45, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

BIA & Remaja Yohanes Pembabtis Ciluar

Mempersembahkan:
SEPATU NATAL (Tersedia CD, please email Yosefina)

Karya: Hermawan Winditiyo
Sutradara: Ch. Yosefina W
Music Editing : Antonius LG
2009

N: Beberapa hari menjelang perayaan Natal tiba, di sudut kota, terjadi berbagai pembicaraan seputar naiknya harga BBM dan hidup yang semakin tak terjangkau. Keadaan ini semakin terasa di kalangan orang-orang miskin dan lemah, khususnya para pemulung yang bermukim di pemukiman kumuh. Bagi mereka yang miskin papa, Natal dan Tahun Baru seolah berlalu begitu saja, tanpa makna dan tanpa arti. Hari-hari terasa panjang menantikan keceriaan dan kebahagaiaan yang akan muncul dari senyum-senyum mereka. Siapa yang akan menolong mengentaskan nasib mereka? Apakah Natal dan Tahun yang baru akan mengubah situasi hidup mereka? Akankah mereka menemukan Sang kebahagiaan itu, yang dalam kepapaannya masih mengharapkan tas, bangku sekolah dan sepatu natal? (INSTRUMEN)

ADEGAN I (Di pemukiman kumuh)
P1: Aku rasa, hidup makin hari makin susah saja. Harga-harga kebutuhan pokok pada naik, dan lebih parah lagi minyak tanah dan ongkos kendaraan umum, huh....naiknya selangit, bener ndak Yem…?
P2: Iya, aku sampai kesel, anakku yang paling kecil, udah nggak mungkin bisa sekolah lagi. Mana cukup hasil mulungku bisa buat bayar sekolah dan beli buku-buku sekolah yang mahal-mahal itu!
P1: Bener-bener! Coba, kalau kita jadi orang kaya, seperti orang-orang yang tinggal di rumah kaca itu. Nggak pernah kena panas, kehujanan, selalu makan enak, hidup serba kecukupan. Oh betapa indahnya hidup ini...
P4: Kadang-kadang muncul rasa iri dalam diriku, kenapa sih orang-orang kaya itu lebih beruntung dari pada aku. Sering aku merasa jengkel dengan pemimpin-pemimpin kita, yang seenaknya aja memimpin rakyatnya. Yang mereka kejar adalah kemakmuran sendiri dan bukan kemakmuran rakyat. Dasar, jadi pejabat cuman mau cari enaknya doang.......
P3: Hus....udahlah nggak usah ngacou ngomongnya! Nggak usah menyesali nasib, mungkin emang udah nasib kita jadi orang susah. Sabar aja Yu, sapa tau, di tahun yang baru ini, rejeki kita bakal lebih banyak lagi.....
P2: Lebih banyak apaan, tiap tahun juga gini-gini aja, tahun kemarin kayak gini, tahun sebelumnya kayak gini juga, tahun baru kagak tahun baru, kagak ada bedanya. Yang baru sih tahunnya, tapi nasib kita tetep kere aja......huh....
P3: udahlah...percuma kita ngomong banyak. Sekarang yang penting kita bekerja dengan tekun, supaya hasil kerja kita hari ini bisa kita tukar dengan beras dan minyak tanah. Masih banyak saudara-saudara kita yang tidak lebih beruntung dari kita. Masing untung, Tuhan masih memberikan kehidupan pada kita, kita tidak mati kelaparan. Coba lihat, Yosef dan Maria itu, mereka selalu rukun, dan bekerja dengan tekun, tanpa mengeluh. Maria hamil tua tapi tetap membantu suaminya bekerja. Walaupun hidup susah tapi mereka tetap tekun bekerja dan pantang menyerah.
P4: Benar, kasihan Yosef, sebentar lagi ia harus menyediakan uang yang cukup untuk kelahiran putranya yang pertama, sementara zaman makin susah dan kebutuhan pokok semakin tak terjangkau........
(INSTRUMEN)
Y: Sudahlah Maria, kau jangan terlalu letih bekerja, aku takut nanti ada apa-apa dengan bayi yang ada dalam perutmu itu, gara-gara kamu kurang menjaga kondisi badanmu.
M: Biar Yosef..... kalau tidak begini, bagaimana aku bisa melahirkan jabang bayi yang sudah dipercayakan Allah padaku. Biaya melahirkan kan sekarang sudah sangat tinggi dan belum perawatan bayi ini nantinya: beli susunya, beli popoknya, dan masih banyak yang lainnya.......
Y: Yah sudahlah Maria...... kita serahkan semuanya pada Allah. Aku hanya percaya bahwa Allah akan senantiasa menyertai kita!
M: Yah...benar.....”Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menerut kehendakNya”.
(INSTRUMEN- sisusul Bunyi buldoser dan keributan di tempat pemukiman kumuh)
M: Yosef, suara apa itu? Kenapa banyak orang berlari-larian? (panik)
Y: Maria, kita semua akan digusur dari tempat ini. Areal ini harus segera dikosongkan karena tempat ini akan didirikan bangunan permanen untuk kepentingan Pemerintah.
M: Lalu bagaimana dengan kita Yosef?
Y: Sudahlah Maria, kita harus secepetanya pergi dari tempat ini. Tanah ini bukan milik kita!
PD1: (dengan pengeras suara) Saudara-saudara! Berdasarkan instruksi dari pemerintah, saudara-saudara harus segera meninggalkan areal ini karena tempat ini akan digunakan untuk kepentingan negara!
PD2: ya benar! Kalian semua memang bandel! Kami sudah memberitahukan sebulan yang lalu agar kalian secepatnya meninggalkan lokasi ini. Tapi kalian tidak mengindahkannya!
PD3: Ya....Karena kalian banyak membangkang maka tampat ini akan kami ratakan!
P5: Enak saja, kami tidak rela tempat kami digusur, kami akan tinggal di mana? Kalian mau menyediakan tempat yang layak bagi kami?
P6: Ya benar! Sudah 20 tahun saya dan keluarga saya tinggal di tempat ini dan kami sudah membayar pajak pada petugas untuk rumah kami, kenapa kami harus pergi? Kami tidak mau! Tidak! Sekali lagi Tidak!
P7: Kalian memang tidak tahu perikemanusiaan, kalian mementingkan perut kalian sendiri! Jangan! Jangan gusur rumah kami! Tidak...! Tidak....! (histeris,menangis)
P8: Kasihanilah kami pak, kami akan tinggal di mana? Jangan tindas kami orang-orang yang menderita ini? (meratap dan menangis)
PD3: Hah......kalian memang banyak bicara! Sudah tahu, tanah ini bukan milik kalian, mengapa kalian tetap tinggal di sini? Mana surat-surat tanah kalian?
PD2: Tanah ini sudah menjadi milik sah pemerintah dan sudah diputuskan lewat sidang di pengadilan tentang status tanah ini!
PD1: Ayo cepat bereskan barang-barang kalian! Kalau tidak, tempat tinggal kalian akan kami ratakan!
PD4: sudah tidak ada waktu lagi, hari ini kalian semua harus pergi dari tempat ini! Kami hanya melaksanakan perintah, dan ini kewajiban kami sebagai karyawan pemerintah, mengerti! (Bunyi buldozer kian menderu)
M: Yosef, kita harus cepat pergi
Y: Benar, mari kita kemasi barang-barang kita, sebelum traktor itu memporak-porandakan gubug kita, cepat Maria, waktu kita pendek, kita tidak bisa melawan kekuatan mereka, kita hanya orang kecil dan tak berdaya....
N: Walupun orang-orang meronta-ronta untuk diberi belas kasihan, namun jeritan tangis si miskin tak mereka hiraukan. Keputusan adalah keputusan. Hukum adalah hukum. Para pemulung hanya bisa melongo dan pasrah, sembari terus berharap bahwa nasib mereka akan berubah. Mereka tidak tau apa yang harus mereka lakukan. Hanya tangisan dan kepedihan tertancap pada hati mereka.
(INSTRUMEN)
N: Sementara itu, Yosef dan maria berjalan menyusuri trotoir. Hujan deras mengguyur kota dan kilat menyambar-nyambar membelah suasana malam yang pekat. Maria dan Yosef berjalan tertatih-tatih, terseok-seok di antara dinginnya malam. Kemanakah Allah akan membawa mereka?

ADEGAN II (INSTRUMEN)
M: Yosef, perutku terasa penat, aku sudah sangat lelah berjalan, akan kemanakah kita Yosef.......(sambil terengah-engah)
Y: Bersabarlah Maria, Allah belum menunjukkan tempat untuk kita beristirahat.
M: Yosef, aku sudah tidak kuat lagi....perutku lapar dan badanku terasa sakit semua....
Y: Kuatkan dulu Maria, kita akan mencoba mencari tempat penginapan sederhana di sekitar tempat ini. Barangkali tempat penginapan itu akan memberikan tumpangan untuk kita beristirahat malam ini! (Sambil berjalan menuju tempat peristirahatan-INSTRUMEN)
Y: Permisi....(mengetuk pintu)....... bolehkah kami menginap di rumah ini? Istri saya sebenatar lagi akan melahirkan, tolonglah kami!
H1: Hah...Apa! Menginap? Apakah kamu punya cukup uang untuk membayar sewa penginapan ini. Aku tidak yakin, orang seperti kalian bisa membayar sewa penginapan kami. Ingat ya, tidak ada yang gratis loh... kencing aja bayar! Please deh, cari penginapan lain aja, penginapan ini tidak menampung orang-orang gembel seperti kalian, mengerti!
Y: e...e...ya, saya mengerti tapi istri saya........
H1: sudah, sudah!..... Tidak ada tapi-tapian! kalian cepat tinggalkan tempat ini atau saya akan panggil Satpam saya untuk mengusir kalian! Dasar Gembel!... (menutup pintu dengan keras)
(INSTRUMEN)
M: Permisi, bolehkah kami menginap di tempat ini barang semalam, rasanya saya akan segera melahirkan bu.............
H2: heh...kalau mau melahirkan di rumah bersalin sana, bukan di sini! Ini rumah tinggal dan bukan tempat bersalin. Kalau mau melahirkan modal dong, jangan mau enaknya aja, sudah...sudah! Aku masih banyak pekerjaan.....cari saja penginapan yang cocok untuk orang-orang seperti kalian!
M: Kasihanilah saya bu....saya.....
H2: ah.....sudah-sudah...saya tidak banyak waktu untuk meladeni kalian....cari tempat lain saja sana! (menutup pintu)
(INSTRUMEN)
Y: Permisi.... bolehkah kami tinggal di sini barang semalam saja, istri saya sebentar lagi akan melahirkan.....
H3: Maaf ya...pak-bu....rumah kami sudah penuh. Anak saya saja ada dua belas, belum koponakan-keponakan dan cucu-cucu saya. Belum lagi pembantu-pembantu dan anak buah saya. Semua kamar sudah penuh, cari saja tempat lain!
Y: Biarkan kami tinggal semalam saja di samping rumah ibu, asal kami bisa berteduh dan tidak kehujanan.....tolonglah kami bu...........
H3: Sudah saya katakan, di sini tempat sudah tidak ada lagi. Coba kalian pergi ke rumah di bawah itu! Barangkali mereka mau kalian tumpangi! Mereka tukang sol sepatu yang baik, mereka hidup sendiri. Sudah ya...Saya akan menyusui anak saya yang keduabelas, entar keburu nangis lagi......... (menutup pintu)
(INSTRUMEN)






ADEGAN III
N: Yosef dan Maria semakin menderita, jalannya terseok-seok dan wajahnya pucat pasi. Malam semakin dingin dan larut, tak ada satu rumahpun yang mau menampung mereka! Dalam hati mereka bertanya, apakah yang Allah kehendaki atas diri mereka? Malam semakin pekat, Maria semakin letih dan penat. Akhirnya Yosef dan Maria menuju sebuah rumah kecil sederhana yang terletak tak jauh dari tempat itu dekat rel kereta api.
(INSTRUMEN)
Y: Permisi pak, bolehkah kami tinggal sebentar di tempat ini, kasihanilah kami pak, istri saya sebentar lagi akan melahirkan. Tolonglah kami.............
S: oh.. e..e....ya..ya...ya ....tak....apa...mari....mari.......silahkan masuk! Kalian kehujanan! (sambil berteriak) Bu....bu .... sini bu, ada tamu!
I: Ada apa pakne.....siapa?......oh kalian kehujanan...kalian dari mana?
S: sudah bu....jangan banyak tanya! Ambilkan handuk kering buat mereka sana! Mereka basah kuyup karena kehujanan!
I: iya..pakne......(sambil berlari)
S: Wah....baju kalian basah ya.......pasti kalian tidak punya pakaian ganti yang kering, karena baju yang kalian bawa juga basah terkena hujan bukan? Bu.....ambilkan pakaian baru kita untuk mereka!
I: (sambil berbisik) wah pakne....itu kan baju natal yang akan kita pakai di hari raya natal nanti!
S: (sambil berbisik) sudahlah Bune, mereka lebih membutuhkannya. Kalau mereka sakit bagaimana? Masakan kita akan meminjamkan baju kita yang udah compang-camping untuk mereka?
(sambil menepuk pundak istrinya) Nanti kita bisa menabung lagi dari hasil sol sepatu kita, dan kita membeli yang sama bagusnya dari itu. Kita kan masih punya sisa uang untuk membeli baju baru lagi!
I: (sambil berbisik) Ya sudah lah pakne, terserah pakne saja! (mengambil dan memberikannya baju itu pada mereka)
M: maaf pak, bu, kami sudah merepotkan bapak dan ibu, kehadiran kami membawa beban untuk bapak dan ibu...............
S: Oh... tidak apa-apa..., kalian memang perlu untuk ditolong, sudah..sudah...jangan terlalu dipikirkan. Bu bikinkan kopi panas buat mereka, mereka kedinginan... barangkali segelas kopi bisa mengusir dingin mereka...
I: (sambil berbisik) pak, kopi kita sudah habis, tinggal kopi natal yang akan kita minum di hari natal nanti, apa kita mau berikan juga pada mereka?
S: (sambil berbisik) ya sudahlah, ndak apa, mereka sedang membutuhkannya bu....entar kalau ada rejeki, kita bisa membelinya lagi..........
Y: Maaf pak, bu kami telah merepotkan....................................
S: oh tidak apa....kalian memang sedang membutuhkannya. Silahkan-silahkan kalian beristirahat di kamar kami...........biar kami tidur di sebelah saja. Di luar hujan deras, nanti istri saya akan mengantar kopi panas ke kamar, silahkan masuk ke kamar untuk beristirahat, tidak usah sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri. Mudah-mudahan kamu masih bisa bertahan (memandang ke arah Maria)
S: (sambil berbisik) Pak kita mau tidur di mana, kalau tempat tidur kita mereka pakai?
I: (sambil berbisik) udah lah bu, mereka lebih membutuhkannya! Kita toh masih bisa tidur di ruang sempit ini. Biarkan mereka beristirahat, mudah-mudahan mereka dapat menantikan kelahiran putranya dengan hati yang tenang. (Y+M masuk ke kamar-INSTRUMEN)
N: Malam semakin larut, hujan turun semakin deras. Yosef dan Maria bersandar pada kebaikan cinta Allah lewat uluran kasih orang-orang sederhana, yang dalam kepapaannya masih mau memberikan cintanya bagi orang yang membutuhkan. Akankah kasih Allah itu datang menerpa orang-orang yang lurus hati dan penuh iman?
(INSTRUMEN)
S: Bu kasihan ya mereka....
I: Kasihan sih kasihan pakne....tapi kita sudah tidak punya apa-apa lagi,.... kopi natal dan baju natal sudah kita berikan pada mereka.
S: Tenang bu, aku masih punya sedikit uang untuk membeli baju natal dan kopi natal lagi....besok kita belanja ke pasar ya.....
I: Ya sudahlah pakne....mudah-mudahan kita masih bisa natalan, ganti baju baru setahun sekali!
Yt: (mengetuk pintu) permisi....permisi............
I: siapa itu pakne, malam-malam mengetuk pintu! Bukakan pintunya pakne!
S: Eh...Yati, ada apa malam-malam begini ke sini Yati?
Yt: tolong saya pak, tolong pak, anak saya sakit keras, saya mau pinjam uang untuk anak saya berobat ke dokter, tolong kami pak......., anak saya panas tinggi, dia harus segera berobat.....! Saya takut ada apa-apa dengan anak saya! Saya takut itu gejala demam berdarah, sekarang kan lagi musim demam berdarah...............
S: e...e....e....sebentar ya (sambil berbisik) Duh....gimana ya bu, uang kita tinggal segitunya. Uang kita mau kita pakai buat natalan besok.
I: (sambil berbisik) sudahlah pakne, berikan saja, mereka sangat membutuhkannya bukan, anaknya sakit dan perlu berobat ke dokter. Ongkos dokter kan mahal pak, lagian Yati itu kan tetangga kita, ndak enak kan pakne! (Suami mengangguk)
S: (Mengambil uang dan memberikannya) eh..eh...iya..iya...ini sedikit uang, barangkali bisa menolong anak mu yang sedang sakit, cepat kamu bawa ke dokter! mudah-mudahan cepat sembuh ya! Tuhan memberkati.....................
Yt: Trimakasih pak, terimakasih, bapak dan ibu sangat baik! saya permisi dulu!
S: Yah bune............ kita sudah tidak punya apa-apa lagi........!
I: Sudahlah pakne........ tidak semua yang kita miliki adalah milik kita bukan? Kadang-kadang milik kita adalah milik orang lain juga. Natal tahun ini, memang banyak orang lagi membutuhkan pertolongan. Mungkin sudah seharusnya kita menolong mereka yang sedang membutuhkan pertolongan kita.
S: (bunyi tangisan bayi dan suara petir menyambar-nyambar serta bunyi lonceng gereja) Bu, anak mereka sudah lahir!.....(berdecak heran dan gembira)
I: ya...ya....suara bayi laki-laki......betapa bahagianya mereka pakne......!
S: Aku ikut merasa senang bu. Tapi kok.... ada petir menyambar-nyambar dan suara lonceng Gereja berbunyi? Siapa kah mereka itu ya bu?
I: Iya pak.........kita lupa menanyakan nama dan asal mereka tadi, siapa mereka itu ya?
(Yosef dan Maria keluar dari kamar)
S: Eh sudah lahir.... aduh lucunya anak ini.......
I: iya pakne lucu sekali.....mungil dan imut-imut!....
S: e...maaf...kami lupa menanyakan nama kalian...siapa nama kalian......
Y: Nama saya YOSEF.....
S+I: Ha....Yosef................(keheranan)
M: Nama saya MARIA........
S+I: Ha.....Maria..........(keheranan)
S: Kalian beri nama siapa, anak ini?
M: kami memberi nama “Immanuel”......
S+I: Hah Immanuel! (berdecak heran, sambil saling memandang)
S: eh....... anak yang tampan.......silahkan...silahkan......istirahat saja, biarkan kami di sini.....kalian perlu banyak istirahat, jangan ke luar-keuar dulu, bapak takut nanti ada apa-apa dengan bayi kalian! Ayo-ayo silahkan..........
S: (Sambil berbisik) Bu...nama-nama mereka seperti yang ada dalam Kitab Suci....jangan....jangan.....!
I: Ah...sudah Pakne, jangan mikir yang enggak-enggak.....mungkin hanya kebetulan saja!
R: (mengetuk pintu) Permisi..........Permisi...............
I: Pak ada tamu.....
S: Siapa malam-malam begini bertamu......kita sudah tidak punya apa-apa lagi bune.....
I: Buka saja pak.....serahkan saja semua pada Tuhan. Kalau tamu ini mau pinjam uang, katakan saja kalau kita sudah tidak punya uang lagi.........
S: (membuka pintu) eh...e...siapa kalian?...ada apa? Mungkin kalian salah masuk rumah!
R2: Tidak kami tidak salah rumah. Inilah rumah yang kami cari. Kami adalah wakil anggota MPR dan DPR. Kami melihat ada bintang besar bersinar di atas rumah ini.
R1: Benar, sesuai dengan ramalan Mama Lorens, bintang yang bersinar di atas rumah ini adalah simbol keberuntungan. Anak yang lahir di rumah ini kelak akan menjadi pemimpin yang akan memimpin jalan negara kami kepada kemakmuran dan kesejahteraan............................
R3: Ya....Di manakah anak itu? Kami membawa bingkisan ini, untuk bayi yang dilahirkan di rumah ini!
(Yosef dan Maria ke luar dari kamar)
R1: Waw.... inilah dia anak itu.....kami ingin mempersembahkan bingkisan ini buat kalian dan bayi ini.
R123: Selamat Natal, Tuhan memberkati! (bersama-sama) Permisi..................
Y+M: Terimakasih....
C1: (mengetuk pintu) Permisi..........permisi...........bukakan pintu.............
S: (membuka pintu) siapa kalian?
C1: Ha..ha....Akulah melkior! Aku datang dari negara Corona, aku melihat ada bintang besar tepat ada di atas rumah ini. Berdasarkan ramalan para narmal yang ada di negara kami, bayi yang terlahir di rumah ini akan membawa keberuntungan yang besar. Aku terpanggil untuk datang dan melihatnya. Aku yakin, suatu saat bila ia sudah dewasa, aku akan berguru padanya. Aku akan belajar bagaimana mengentaskan perselisihan dan peperangan yang terjadi di negara kami. Ini... terimalah bingkisan kecil dariku..selamat natal!
Y+M: terima kasih...........
C2: Ya...ya...ya... aku juga akan memperkenalkan diriku. Namaku Erika, aku datang dari negara Giana! Inikah bayi itu? Waw...Sangat tampan dan lucu. Aku membawa kado besar untuk bayi ini, terimalah dan berbahagialah! Tuhan memberkati kalian! Kelak, kalau bayi ini sudah besar nanti, aku ingin sumbangan pikirannya, bagaimana mengentaskan kemiskinan dan pengangguran yang ada di negaraku! Terimalah kado ini buat kalian...selamat Natal!
Y+M: Terima kasih.......................
C3: Hei...Akulah dia, Ying-Ying, aku datang dari negara Sakura. Aku datang dari jauh untuk memastikan bahwa ada bayi ajaib yang lahir di tempat ini. Berdasarkan buku ramalan ini, bayi yang lahir adalah bayi pembawa keberuntungan. Orang yang datang padaNya akan memperoleh suka-cita besar, karena kasih dan cintaNya yang bersinar laksana bintang kejora. Kelak aku ingin belajar ilmu cinta kasih darinya dan akan kubagikan ilmu kasih itu pada banyak orang! Terimalah ini! Selamat Natal, Tuhan memberkati!
Y+M: Terima kasih..............
S: e...e....ini dari kami, aku belum sempat mempersiapkan kado buat kalian. Aku hanya punya, sepatu kecil buat anakmu. Sepatu ini kubuat sendiri dari sisa-sisa bahan sol sepatuku. Aku yakin, sepatu ini cukup untuk bayimu nanti kalau sudah agak besar!
I: Iya....kami tidak punya apapun yang pantas untuk kalian, kami orang miskin....
M: Sudahlah bu, kami sudah banyak merepotkan keluarga ini. Kami minta maaf karena kami telah membuat bapak dan ibu kerepotan karena kehadiran kami.
Y: Benar....terimalah nak....sebagai tanda cinta kami pada kalian dan bayi ini............
(INSTRUMEN)
N: Sang Penebus telah lahir ke dunia 2000 tahun yang lalu. Ia datang dengan kebersahajaanNya. Semoga kita mampu dan bersedia bersahaja dalam bersenang-senang, bersahaja dalam bermilik dan bersahaja dalam berkuasa. Semoga di hari Natal dan Tahun yang baru, kita masih memiliki sepotong hati bagi mereka yang terpaksa menghangatkan dirinya dengan sepotong lilin kecil untuk mengusir dingin hidupnya, yang dalam kepapaan dan kemiskinannya memuliakan Tuhan sambil membayangkan tas dan bangku sekolah serta sepasang sepatu Natal.....
“Selamat Natal dan Tahun Baru 2009!”........(INSTRUMEN)





Selengkapnya...