RSS : Articles / Comments


Kisah Katak Kecil

20.42, Posted by Ch. Yosefina, No Comment


Di suatu kerajaan katak, suatu kelompok katak kecil merencanakan untuk mengadakan lomba lari. Sasarannya adalah mencapai puncak tertinggi sebuah menara yang paling tinggi di kerajaan tersebut. Kerumunan katak lainnya menonton di sekeliling menara dan berteriak-teriak kepada para peserta.

Perlombaan dimulai…
Jujur saja ya, tidak seekor katak pun yang menonton percaya bahwa para peserta akan mampu mencapai puncak tertinggi. Merekapun berteriak , “Oh, JALANNYA terlalu sulit!! Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai di puncak!!”
Atau
“Tidak ada kesempatan buat mereka untuk berhasil. Menara itu sangat tinggi!”

Satu persatu katak kecil mulai berjatuhan, tidak sanggup meneruskan perlombaan. Kecuali ada beberapa katak kecil yang masih mempunyai semangat yang segar terus memanjat lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi. Para penonton kembali berteriak, “Wah, ini terlalu sulit!!! Tak seekor pun akan berhasil!”

Kali ini lebih banyak lagi katak kecil yang payah dan menyerah. Tetapi SATU katak kecil tetap melanjutkan memanjat lebih tinggi, lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi. Katak yang ini tidak menyerah!

Pada akhirnya semua katak kecil menyerah untuk memanjat menara. Kecuali satu katak kecil yang mempunyai usaha yang sangat besar. Dia adalah satu-satunya katak yang bisa mencapai puncak tertinggi!

Lalu semua katak kecil yang lain mulai ingin tahu bagaimana katak ini dapat berhasil melakukannya.

Salah satu peserta bertanya kepada si katak kecil JUARA bagaimana dia berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuannya? Ternyata… dia TULI!!!

Nah, pasti anda bertanya-tanya pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita katak kecil yang TULI ini.

Jangan pernah mendengarkan pendapat orang lain yang cenderung negatif atau pesimis. Karena omongan mereka akan membuat mimpi-mimpi indah dan harapan anda pergi jauh meninggalkan anda. Sesuatu yang berharga telah anda miliki di dalam hati!

Pikirkanlah selalu kekuatan kata-kata yang anda miliki. Karena segala sesuatu yang anda dengar dan baca akan berpengaruh terhadap tindakan anda. Karena itu, tetaplah bersikap positif.

Dan di atas semuanya, jadilah orang TULI ketika orang lain memberitahu bahwa anda tidak bisa meraih mimipi-mimpi anda!

Berpikirlah selalu - I CAN DO THIS!
Kiriman teman BBM
Selengkapnya...

Memimpin Dengan Hati

01.32, Posted by Ch. Yosefina, No Comment


SEMUANYA berawal pada 2005. Joko Widodo, yang baru dilantik menjadi Wali Kota Surakarta, membentuk tim kecil untuk mensurvei keinginan warga kota di tepian Sungai Bengawan itu. Hasilnya, kebanyakan orang Solo ingin pedagang kaki lima yang memenuhi jalan dan taman di pusat kota disingkirkan.
Joko bingung. Ia tak ingin menempuh cara gampang, dengan memanggil polisi dan tentara, lalu usir pedagang itu pergi. "Dagangan itu hidup mereka. Bukan cuma untuk perut mereka sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan anak-anak mereka" katanya.
Tak bisa tidak, para pedagang itu harus direlokasi. Tapi bagaimana caranya? Tiga Walikota sebelumnya angkat tangan. Para pedagang kaki lima mengancam akan membakar kantor Walikota kalau digusur. Di Solo, ancaman bakar bukan omong kosong. Sejak dibangun, kantor Walikota sudah dua kali, yaitu pada tahun 1998 dan 1999-dihanguskan oleh massa.
Lalu munculah ide, untuk meluluhkan hati para pedagang, mereka harus diajak makan bersama. Dalam bisnis, jamuan makan yang sukses biasanya berakhir dengan kontrak yang bagus. Sebagai eksportir furniture selama 18 tahun, Joko tahu betul ampuhnya strategi "lobi meja makan". Maka rencana disusun. Target pertama adalah kaki lima di daerah Banjarsari-kawasan paling elite di Solo. Di sana ada 989 pedagang yang bergabung dalam 11 paguyuban.
Aksi dimulai. Para koordinator paguyuban diajak makan siang di Loji Gandrung, rumah dinas Walikota. Tahu hendak dipindahkan, mereka datang membawa pengutus lembaga swadaya masyarakat. Joko menahan diri untuk tidak mengungkapkan keinginannya menyampaikan rencana relokasi tsb.
Seusai makan, Joko mempersilakan mereka pulang. Para pedagang kaki lima kecele. "Enggak ada dialog, Pak?" tanya mereka. "Enggak. Cuma makan siang saja kok" jawab Joko santai dan ramah.
Tiga hari kemudian, mereka kembali diundang. Lagi-lagi cuma SMP - sudah makan pulang. Ini berlangsung terus selama tujuh bulan. Baru pada jamuan ke-54, saat itu semua pedagang kaki lima yang hendak dipindahkan hadir, lalu Joko pun mengutarakan niatnya. "Bapak-bapak yang baik, mohon maaf sebelumnya jika tempat Bapak-bapak berdagang hendak saya pindahkan" katanya ramah dan tetap santai, seluruh pedagang kali lima tidak ada yang membantah.

Para pedagang minta jaminan, di tempat yang baru, mereka tidak kehilangan pembeli. Joko tak berani. Dia cuma berjanji akan mengiklankan Pasar Klitikan-yang khusus dibangun untuk relokasi-selama empat bulan di televisi dan media cetak lokal. Janji itu dia tepati. Pemerintah kota juga memperlebar jalan ke sana dan membuat satu trayek angkutan kota.
Terakhir, mereka minta kios diberikan gratis. "Ini berat. Saya sempat tarik-ulur dengan Dewan," kata Joko. Untungnya, Dewan bisa diyakinkan dan setuju. Jadilah para pedagang tak mengeluarkan uang untuk kios barunya. Sebagai gantinya, para pedagang harus membayar retribusi Rp 2.600,- perhari. Joko yakin dalam delapan setengah tahun modal pemerintah Rp 9,8 miliar bisa kembali.

Boyongan pedagang dari Banjarsari ke Pasar Klitikan pada pertengahan tahun lalu berlangsung meriah, karena dibuat seperti pawai tujuhbelasan, dengan riang gembira para pedagang membawa barang dagangannya ke tempat yang baru. Bukannya dikejar-kejar seperti di kota lain, mereka pindah dengan senyum rasa bangga. Semua pedagang mengenakan pakaian adat Solo dan menyunggi tumpeng-simbol kemakmuran. Mereka juga dikawal prajurit keraton berpakaian lengkap.
"Orang bilang mereka nurut saya karena sudah diajak makan. Itu salah. Yang benar itu karena mereka diwongke, dimanusiakan. ." kata Joko.
Joko yang saat Pilkada diusung oleh PDIP sangat membela wong cilik, "Sebenarnya pekerjaan ini bukan perkara sulit" Pokoknya, pimpinlah mereka dengan hati. Hadapi mereka sebagai sesama, bukan sampah," ujarnya.
Kini warga Solo kembali menikmati jalan yang bersih, indah, dan teratur. Monumen Juang 1945 di Banjarsari kembali menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman.
Berhasil dengan Banjarsari, Joko merambah kaki lima di wilayah lain. Untuk yang berada di jalan depan Stadion Manahan, sekitar 180 pedagang, dibuatkan shelter dan gerobak. Penjual makanan yang terkenal enak di beberapa wilayah dikumpulkan di Gladag Langen Bogan Solo, Gandekan. Lokasi kuliner yang hanya buka pada malam hari dengan menutup separuh Jalan Mayor Sunaryo tersebut sekarang menjadi tempat jajan paling ramai di kota itu.

Hingga kini, 52 persen dari 5.718 pedagang kaki lima sudah ditata. Sisanya mulai mendesak pemerintah kota agar diurus juga. "Sekarang kami yang kewalahan karena belum punya dana," kata Joko, tertawa. Tapi rencana terus jalan. Januari lalu telah dibuat Pasar Malam di depan Keraton Mangkunegaran untuk 450 penjual barang kerajinan.
Joko juga punya perhatian khusus pada pasar-pasar tradisional yang selama 30-an tahun tak pernah diurus. Tiga tahun terakhir, 12 pasar tradisional ditata dan dibangun ulang. Targetnya, ketika masa jabatannya berakhir pada 2010, sebagian besar dari 38 pasar tradisional Solo telah dibangun ulang.

Ketika masih mengelola sendiri usaha Furniturenya, Joko sering bepergian untuk pameran. Dia banyak melihat pasar di negara lain. Di Hong Kong dan Cina, menurutnya, pengunjung pasar jauh lebih banyak dari mal. Itu karena pasar tradisional komplet, segar, dan jauh lebih murah.
Di sini kebalikan. Ibu-ibu lebih suka ke mal karena pasarnya kotor dan berbau. "Makanya pasar saya benahi" katanya. Agar lebih menarik, tahun 2010 ini telah dibuat promosi: belanja di pasar dapat hadiah mobil.

Toh, tak sia-sia Joko ngopeni pedagang kecil. Meski modal cetek, pasar dan kaki lima di Solo paling banyak merekrut tenaga kerja. Mereka juga penyumbang terbesar pendapatan asli daerah. Tahun ini nilai pajak dan retribusi dari sektor itu mencapai Rp 14,2 miliar. Jauh lebih besar dibanding hotel, Rp 4 miliar, atau terminal, yang hanya Rp 3 miliar.

Joko Widodo lahir di Surakarta, 21 Juni 1961, Pendidikan Sarjananya dari Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1985) Kariernya berawal dari karyawan pada perusahaan Furniture Roda Jati, Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990) - Ketua Bidang
Pertambangan dan Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996) - Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007) - Wali Kota Surakarta (2005-2010)
Penghargaan yang pernah diperoleh adalah - Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah - Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan - Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan - Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum.

Tahun 2010 ini, Pemilihan Walikota Solo pengganti Joko akan berlangsung. Tanpa kampanye yang menghamburkan uang dan melelahkan, seluruh masyarakat Kota Solo meminta agar Joko kembali memimpin mereka. Tetapi Joko memilih untuk tidak mencalonkan kembali, menurutnya, masih banyak calon Pemimpin
Selengkapnya...

Membeli Keajaiban

20.27, Posted by Ch. Yosefina, No Comment


Sally berumur 8 thn ketika dia mendengar orang tua nya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi yg menderita sakit parah... Hanya operasi yg sgt mahal bisa menyelamatkannya, tapi mereka tak punya biaya.

Sally mendengar ayahnya berkata,
“Hanya keajaiban yg bisa menyelamatkannya”

Sally mengambil celengan dari tempat persembunyiannya, lalu dikeluarkannya smua isi celengan ke lantai & menghitung semua uangnya.

Dgn membawa uang, Sally menyelinap keluar & pergi ke apotik.

“Apa yg kamu perlukan?” tanya Apoteker

“Saya mau bicara mengenai adikku, Dia sakit & saya mau membeli keajaiban” jawab Sally.

“Apa yg kamu katakan?”

“Ayahku mengatakan hanya keajaiban yg bisa menyelamatkan jiwanya. Jadi berapa harganya?”

“Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil”

“Saya punya uang. Katakan saja berapa harga keajaiban?”

Seorang pria berpakaian rapi berhenti & bertanya, “Keajaiban jenis apa yg dibutuhkan oleh adikmu?”

“Saya tak tahu” jawab Sally

Air mata mulai menetes di pipinya.

“Saya hanya tau dia sakit parah & ayah mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Orang tua ku tak mampu membayarnya, tapi saya punya uang”

“Berapa uang yg kamu punya?”

“Satu dollar dan sebelas sen,” jawab Sally dgn bangga.

“Kebetulan sekali,” kata pria itu sambil tersenyum,
“Satu dollar dan sebelas sen, Harga yg tepat untuk membeli keajaiban yg dpt menolong adikmu”

Dia mengambil uang, kemudian memegang tangan Sally & berkata: “Bawa saya kpd adikmu, saya mau bertemu dengannya & orang tua mu”

Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal.

Operasi dilakukannya tanpa biaya & butuh waktu yg tak lama. Georgi kembali ke rumah dalam keadaan sehat.

Orang tua nya sangat bahagia.
Sally tersenyum...
Dia tau pasti berapa harga keajaiban tsb, Satu dollar dan sebelas sen, ditambah dgn keyakinan.

When u think that there’s no miracle, you’re wrong!.. Keep your faith…!

Send dari Pak Ari Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selengkapnya...

TOKO ISTRI

20.25, Posted by Ch. Yosefina, No Comment


Sebuah toko yg menjual istri baru, dibuka dimana pria dapat memilih wanita untuk dijadikan sebagai seorang istri.

Di antara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk, terdapat instruksi yg menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut: "Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI!"

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan kelompok calon istri.

Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai wanita tsb. Kamu dapat memilih wanita di lantai tertentu bahkan memilih ke lantai berikutnya, tapi dengan syarat tidak bisa turun lagi ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari Toko.

Lalu, seorang pria pun pergi ke " TOKO ISTRI " tersebut untuk mencari istri. Di setiap lantai terdapat tulisan seperti ini:

Lt 1:

"Wanita di lantai ini taat pada Tuhan pandai memasak."

Pria itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.

Lt 2:

"Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak lemah lembut."

Kembali pria itu naik ke lantai selanjutnya.

Lt 3:

"Wanita di lantai ini taat kepada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut cantik."

''Wow!'', ujar sang pria, tetapi pikirannya masih penasaran terus naik.

Lalu sampailah pria itu di lantai 4 dan terdapat tulisan:

"Wanita di lantai ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, sayang anak."

''Ya ampun!'' Dia berseru, ''Aku hampir tak percaya!''


Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5:

"Wanita di lantai ini taat pd Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, sayang anak dan sexy."

Dia tergoda untuk berhenti tetapi kemudian dia melangkah ke lantai 6 dan mendapati tulisan:

"Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012.000. Tidak ada wanita di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata pembuktian untuk pria yang tidak pernah puas."

Terimakasih telah berbelanja di " TOKO ISTRI ". Mohon hati-hati ketika keluar dari sini.

Pesan moral ini bukan cuma untuk pria tetapi juga wanita: "Tetaplah selalu merasa puas akan pasangan yang sudah Tuhan sediakan. Jgn terus mencari yang terbaik tetapi jadikanlah yang baik yang ada dari yang sudah Tuhan sediakan, itulah pasangan yg terbaik bagi kamu seumur hidupmu hingga maut memisahkan."

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT oleh Ikbal
Selengkapnya...

THE LAST MAN ON MERAPI (Inspirasi Drama)

22.56, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

PROLOG :

Desa Kinah Rejo, di punggung merapi sebuah tempat yang asri, sejuk dan indah, disitulah kedamaian itu nampak abadi ditengah penduduknya yang sederhana dan ramah. Tentu siapapun akan betah berlama lama disini, karena pemandangannya sungguh memesona jiwa.

Hari ini 26 oktober 2010 pagi, matahari masih bermalas malasan berselimut awan merapi, udara yang dingin menusuk tulang menggigilkan tubuh, kabut samar menyeriap di sekujur tubuh dan bulir-bulir embunpun belum beranjak turun dari daun-daun yang basah. Sayup-sayup mulai terdengar aktifitas warga merapi, para lelaki mulai bergiat di kandang ternak ternak mereka, seperti biasa mereka membuat perapian dan memerah susu. Sebagian perempuan menyiapkan bekal sarapan untuk suami dan anaknya dan ada pula yang mulai keluar rumah untuk berjualan hasil kebun mereka di pasar Cangkringan..

Yah itulah sekelumit nyanyian merdu dusun-dusun Merapi yang bisa kuceritakan untuk anak bangsa lewat perjalananku hari ini yang cukup melelahkan. Aku adalah Bisatyo wartawan media internet Detak.com yang baru sempat menjejakkan sepatuku di dusun tempat mbah Marijan ini mengabdi. Aku bersama sama teman Kuli Tinta yang lain mau meliput aktifitas Merapi yang telah dinyatakan status Awas oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta

Adegan 1 :Bertemu Wartawan lain di gerbang dusun Kinah Rejo.

(Ada 4 wartawan yaitu : wartawan Kompos: Susi Ivva , Viva News : Yuniawan Nugroho ”Wawan”, TV One: Andre Djerot, dan wartawan koran lokal Bernas: Ngabdul) Kebetulan satu sama lain sudah saling mengenal....
Dialog :
Ngabdul : "Apa kabar Bisatyo ... Kapan datang dari Jakarta?
Bisatyo : "E..... Ngabdul panjang umur, tambah sejahtera saja kau" ...."Baru tadi sampai stasiun tugu, jam 3, langsung meluncur ke sini, bisa nggak ya kita nginap di tempatnya mbah Marijan Dul .....

Ngabdul: "Wis tenang waelah ... Aku kenal akrab karo mbah Marijan, nanti tak tembungnya", sik penting bagi rokok dulu lah lah ini mulutku kok udah mulai asem..... He he he

Sementara itu 2 orang wartawan satu dari Viva News (wawan) dan dari TV One Andre dJerot nampak turun dari mobil.

Andre : "Wan lu kate udah hafal jalan ke rumah mBah Marijan.... Ngapain masih nyasar saja ... !"

Wawan : "Sorry fren Blackberry ku low bat, aku gak bisa pakai GPS nih.... Pakai BB mu dong nDre"

Andre : "Pinter aja lu ngeles wan .... Di kampung gini gak perlu BB gak perlu peta, tinggal modal ngomong aja .... "Tanya tuh penggembala bebek" Di mana tuh rumah mBah Marijan si Rosa Rosa itu berada, kelewatan kalau gak tahu"
Wawan : "Tenang Fren ....bentar", "Loh ....itu bukannya si Ngabdul Bernas sama Bisatyo detik.com nampaknya doi mau ke Maridjan juga, ayo kita hampiri"

Prolog Narator:

Singkat cerita, ke 4 kuli tinta itu bertemu, basa basi sebentar dan mereka sepakat untuk menuju ke Rumah mbah Maridjan .... Seperti biasa ngabdul minta jatah beberapa rokok ke wartawan ibu kota itu.....

Ngabdul : "Let's go Fren, kita jalan aja biar gak ngantuk .....

Adegan 2 :Suasana di Rumah mbah Maridjan.

Setting:
Rupanya di Rumah mbah Maridjan sudah menunggu Susi Ivva wartawan Kompos, mbah Maridjan baru nampak keluar dari Mushola-nya, mengenakan jaket tebal bertuliskan Extra Joss ....pakai peci item ..... Pakai sarung kotak-kotak yang didapatkannya dari cendera mata para pelancong ......

Prolog Narator :

Inilah sosok MBah Maridjan, Dia adalah Pendekar Gunung, Abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sekaligus Juru Kunci penjaga tradisi adat Sang Gunung Merapi. Nama aslinya adalah Mas Penewu Surakso Hargo dan bergelar Raden Ngabehi Surakso Hargo, yang diterimanya dari Sinuhun Sri Sultan HB IX.

Sederhana .... Nampak dalam tindak tanduk polah tingkah kesehariannya. Rendah hati dibalik ke-selebriti-annya ...... Siapa yang gak kenal kakek satu ini pria kelahiran Kinahrejo tahun 1927 .... Karena kemasyurannya beliau pernah diundang nonton final piala dunia, namun pria ini milih tetap tinggal di Kinah rejo untuk ngarit mencari pakan ternak buat sapi-sapinya.... He he he mirip Yesus yah .... Sang gembala......

Maridjan in action

mBah maridjan tampak keluar dari Mushola penuh sukacita sambil bersenandung lagunya Opick "tamba ati"….
Da...di da ...dida ....da dad...a Tamba Ati ana limang perkarane …. Saben weingi maca Qur’an lan maknane .....

Dialog para wartawan dengan mbah Maridjan

5 wartawan serempak : ”Assala mualaikum mBah ....”
Mbah Maridjan : ”Walaikum Salam ..eh ...Mas Ngabdul. To”.. “Selamat datang....bagaimana kabarnya?”
Ngabdul : ”Baik mbah .... ini saya ngantarin teman-teman wartawan yang mau meliput suasana Merapi”, ”Boleh kami numpang ya mbah”
mBah Maridjan : ”O... ya bolah boleh saja .... ini gunung kan milik semua orang”, ”tapi ya begini saja, seadanya”
Ngabdul :”Walah mBah ini suka merendah saja”, ”Lah wong rumah kayak istana gini loh”, ”mBah kenalkan dulu ini teman saya Wawan, wartawan Viva news, yang ini Andre dari TV One, yang item ini mBah.... Bisatyo teman dari Detik.com”
Susi : ”Saya Susi mBah, dari Harian Kompas Jakarta, wilujeng mbah”
mBah Maridjan : ”Pengestunipun.....
Andre : ”Di sini udaranya enak ya mBah ....sejuk ...gak kayak di Jakarta ...”
Wawan : ”La iyalah ...makanya mBah Maridjan betah disini ....”
Bisatyo : ”Ngomong –omong , bolehkah kami mewancarai mBah ....”
mBah Maridjan : ”Boleh saja .... tapi....ada baiknya ki sanak semua istirahat dulu ....”Ngaso-ngaso ndhisik ”, ”Saya tak tirakat dulu , sampai ketemu nanti habis LOHOR yah”,..... ”Ayo silahkan masuk paseban .... disekecakaken istirahatnya”

5 wartawan serempak : ”Matur nuwun mbah...”

Akhirnya 4 Wartawan itu masuk ke ruang Paseban dan berisirahat, sementara mBah Maridjan ditemani Ngabdul memulai tirakatnya....

Mbah Maridjan berlutut di depan batu .... menghadap gunung .... mulutnya mulai komat-kamit ...entah apa yang diucapkan , barangkali mBah Maridjan sedang berdoa.... Ngabdul di sebelahnya duduk bersila, agak sedikit was was karena terkadang gempa kecil susul menyusul...

Demikianlah hari itu terlihat mBah Maridjan sangat khusuk memohon dengan ritualnya, lewat tengah hari mBah Maridjan pun menjamu para tamu dengan makan siang yang penuh keakraban. Berganti-gantian mereka menanyakan soal seluk beluk Merapi, soal tradisi wong jowo, klenik, kehidupan sampai kiat-kiat menghadapi bahaya Merapi.....

Sampai di ujung pembicaraan, Susi Wartawan Kompos bertanya,

Susi :“mBah kenapa waktu gunung merapi meletus tahun 2006, mbah kok tidak mau turun sih?“ , „Bukankah Sri Sultan HB X sudah memerintahkan semua warga Merapi turun ....“

Mbah Maridjan : „Bukan begitu nak, „saya ini sudah dikasih amanat sama Sinuhun HB IX untuk tetap menjaga merapi ini , walaupun apa yang terjadi“, „Jadi ya harus SABDO PENDHITA RATU, kira-kira begitu .... jadi paling sial saya harus menjadi manusia terakhir yang turun gunung ..begitu“

Bisatyo Wartawan Detak.com : „Mbah ini yang terakhir..kira-kira pesan apa untuk kami-kami ini, atau untuk penguasa Indonesia ini?“

mBah Maridjan :

„Begini ki sanak (beliau berpesan dalam bahasa Jawa) ‘Panjenengan sak konco poro piageng, kedah ”temen lan sak temene” mugi ndonyane tentrem (Anda dan para Pembesar harus benar dan bertindak sebenarnya agar dunia tenteram)

Berbarengan dengan wawancara itu, gemuruh Merapi kian terasa, gempa tremor muncul semakin kencang dan hawa panas mulai terasakan ...

Wawan Wartawan Viva News : ‚mBah ...kayaknya keadaan makin gawat .... ayo kita ngungsi ke pos saja …. “Ayo mbah …”Ajak semua keluarga”

Andre Wartawan : “Ayo teman-teman sudah tidak ada waktu lagi …..lari ….buruan-buruan..”

Susi dan Ngabdul : “mBah ..andum Slamet ..saya takut ….saya turun duluan ya….”

Tiba-tiba :…GELEGARRR … Merapi pun meronta

Adegan 3 : Merapi Meletus, Warga Mengungsi

Bunyi Sirene terdengar keras .....”nguing ...nguing..nguing..”

Aparat pemerintah: ”Atas nama Sri Sultan, kami memerintahkan warga Merapi mengungsi , segera! ”Bagi yang tidak bersedia akan dievakusi secara paksa, silahkan segera berkumpul di pos Evakuasi segera! ””Kami akan mengangkut saudara saudara ke tempat pengungsian”

Kembali terdengar bunyi sirene...

Tiba-tiba sekitar jam 17:02 Gunung Merapi mulai terbatuk-batuk ....dan tiba-tiba GELEGARRR ....GELLEGAR, Bunyi Gemuruh dan ledakan. Bersahut-sahutan susul menyusul.... Gunung Merapi meletus....

Kacau balau ….. cemas …. Jeritan menyayat spontan muncul..

Awan panas bergulung-gulung dari arah Merapi, tiba-tiba terdengar teriakan “WEDHUS GEMBEL ….WEDHUS GEMBEL TURUN…..” bunyi kentongan tanda bahaya ditabuh bertalu-talu

Warga BERLARIAN keluar dengan penuh abu, begitu pula kelima wartawan tadi lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

Wartawan VIVA news Yuniawan Nugroho “Wawan” teringat mBah Maridjan, ia lari kembali ke Rumah mBah Maridjan, , membujuknya sekali lagi agar mau mengungsi. Namun mBah Maridjan masih tegar menghadapinya, tak terlihat sedikitpun rasa gentar dan surut nyalinya. Lalu mBah Maridajan berujar : “Baik biarlah warga mengungsi terlebih dahulu, tetapi biarlah saya tetap disini sampai setelah sholat Maghrib”, “Apapun yang terjadi saya harus menjadi yang terakhir turun dari Merapi”,…. tuturnya.

GELEGAR…. Awan panas pun datang menyambar…. Melukai siapapun tanpa ampun, pohon-pohon, ternak, rumah hangus terbakar …. Memporak perandakan dusun Kinah Rejo dalam sekejap... asap panas mengepul meluluh lantakan semua yang ada.

Demikian pula dengan nasib Wartawan Wawan dan mBah Maridjan, keduanya tidak luput dari terjangan awan panas, dan mautpun menjemput. Wawan ditemukan meninggal didepan rumah .... sementara mBah Maridajan meninggal dalam posisi sujud.

Adegan 4 : Evakuasi Tim SAR


Adegan dimulai dengan Evakuasi yang dilakukan Tim SAR, dengan keberanian dan keahliannya mencari dan mengumpulkan korban..

Tim SAR menemukan Wawan dalam kondisi mengenaskan,

Tim SAR 1 : “Siapa pria ini ..”
Tim SAR 2 : “Kita check KTPnya Boss ...sebentar ..... “
TIM SAR2 : “Wartawan Viva News .... Yuniawan Nugroho”
TimSAR 1 &2 : “Allahu Akbar...Allahu Akbar”

Lalu Tim SAR masuk ke dapur Rumah mBah Maridjan yang sudah berantakan dan menemukan mBah Maridjan meninggal dalam kondisi bersujud di dapur.

TIM SAR 1 : “Astagfirullah ….Inalilahi wa ina lilahi ro’jingun …. Mbah Maridjan…terkena awan panas.” “Tertelungkup ….Bersujud”
TIM SAR 2 : “Cepat ambil kantong jenazah … segera evakuasi sebelum awan panas turun lagi…”

Singkat cerita Ratusan jenazah itu telah dibawa ke RS Sardjito untuk diotopsi, dan setelah dilakukan tes laboratorium, 1 hari kemudian seluruh Koran-koran nasional dan lokal memberitakan kematian seorang Maridjan yang gugur dalam tugasnya.


Adegan 5 : Pemakaman mBah Maridjan, diiringi Epilog Narator :

Akhirnya tibalah saat pemakaman. Demikianlah kematian mBah Maridjan mengagetkan kita semua dan booming berita kematiannya nyaris menyamai berita bencana nasional meletusnya Gunung Merapi Jogjakarta dan tsunami Mentawai Sumatera barat. Semasa hidupnya, namanya lebih terkenal dari Sri Sultan Hamengku Buwono X yang nota bene merupakan rajanya sendiri..

Pria unik yang identik dengan kesetiaan dan keberanian ini akhirnya meninggal di usia 83 tahun dalam keadaan sujud; sesuatu yang menyiratkan keyakinannya di akhir hidupnya. Sontak, berita kematiannya bukan hanya mengagetkan orang Jogja dan Jawa saja, tapi juga se-antero Indonesia karena Mbah Marijan telah menjadi aset milik bangsa.Di akhir usianya, ia menjadi selebritas karena seringnya muncul dalam pemberitaan televisi dan membintangi iklan salah satu produk minuman energi. Tapi seiring popularitasnya, ia tampak tak berubah. Konon, uang hasil membintangi iklan itu ia dedikasikan untuk negeri dan agamanya dengan membangun masjid di Dusun Kinahrejo, Sleman Jogjakarta. Ia tak bergeming dengan perolehannya dan tak merubah sedikitpun tampilan uniknya itu. Ia telah menjadi sosok yang tangguh dan berani demi sebuah loyalitas pada keyakinan. Kesederhanaan yang dipilihnya di akhir hayatnya tak dibuat-buat sehingga setiap orang yang melihatnya, melihat rumah dan segala yang lekat dengan kesehariannya benar-benar alami dan apa adanya. Walaupun ia orang Jawa yang lekat dengan klenik, ia bukanlah orang sakti. Ia orang berani dan sosok yang dekat dengan ritual ibadah, demikian kesan orang-orang yang sengaja datang padanya dan mencari konfirmasi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Gunung Merapi ataupun khusus tentang dirinya. Beberapa orang yang bertutur tentang pertemuannya dengan Mbah Marijan selalu mendapatinya tengah berada di masjid ataupun tengah berdzikir.

Tak banyak orang seperti Mbah Marijan di negeri ini. Tak mudah pula kita mendapatkan orang yang banyak memancarkan kesan dari keutuhan pribadinya. Keutuhan pribadi biasanya datang dari orang-orang yang alami dan apa adanya. Keutuhan pribadi melahirkan kematangan jiwa. Jiwa yang matang tak mudah untuk dikalahkan bahkan oleh pesona kehidupan dunia yang penuh rona sekalipun.
Arus pragmatisme yang begitu kuat di zaman sekarang ini menyulitkan kita mendapatkan tokoh-tokoh yang memiliki jiwa yang utuh, tahan banting dan kokoh melawan berbagai godaan duniawi. Kecenderungan manusia di abad 21 ini ditandai dengan pemenuhan dimensi materi tiada batas. Untuk menggapainya, segala usaha dilakukan tanpa mempertimbangkan apakah yang didapatkannya itu halal atau tidak, apakah yang didapatkannya itu diraih dengan merampas hak orang atau tidak, dan berbagai pertanyaan lainnya.

Mbah Marijan, sebagaimana warga desa pada umumnya yang polos, adalah satu di antara tidak banyak orang dengan pribadi yang utuh. Ia ramah dengan sesama dan popularitasnya tak menyekat antara pribadi awalnya yang sederhana dengan apa yang terjadi selanjutnya setelah menjadi selebritas.

Pemberitaan tentang Mbah Marijan di media massa dengan intensitas tinggi mengisyaratkan banyaknya inspirasi yang harus dipelajari oleh anak-anak bangsa ini yang tengah kesulitan mencari sosok-sosok yang pantas untuk diteladani. Anak-anak kita kini tengah dihadapkan pada situasi dan suasana yang kurang ramah, di mana prosentase berita di media massa terutama televisi didominasi pemberitaan mengenai berbagai dunia yang jauh dari unsur keteladanan.

Terlepas dari semua latarbelakang kehidupan hingga akhir kematian Beliau, setidaknya berikut adalah beberapa hal yang bisa kita ambil hikmah dari sosok sepuh nan legendaris ini :
1. Mbah Maridjan mengajari kita tentang arti loyalitas tanggung jawab terhadap tugas. Sebagai penjaga Merap ikurang lebih bisa disamakan dengan nahkoda sebuah kapal, atau sebagai panglima Perang jaman dulu yang berdiri paling depan di barisan prajuritnya beda dengan panglima perang jaman sekarang berada dibelakang. Sebagai penanggung jawab, Mbah Maridjan rela menunggu merapi hingga akhir hayatnya. Konon sebelum meninggal Mbah Maridjan sudah menyuruh penduduk Kinahrejo untuk segera mengungsi. Sebuah pembelajaran tentang loyalitas dan tanggung jawab terhadap tugas yang mulai banyak kita tinggalkan.
2. Mbah Maridjan mengajari tentang arti kesederhanaan hidup. Konon setelah menjadi bintang iklan dan selebritis, kehidupan Beliau tidak berubah sama sekali. Honor yang diterima, sebagian besar digunakan untuk membangun failitas umum di lingkungan Kinahrejo. Di balik anggapan klenik dan mistis dalam perjalanan hidupnya di lereng Merapi, Mbah Maridjan telah menyampaikan pesan bahwa kesederhanaan mampu memelihara kesetiaan dan tanggung jawab. Betapa orang yang tidak mengenyam pendidikan formal, yang dianggap terbelakang, dan yang tidak memegang jabatan politis, sesungguhnya memiliki kearifan lokal.
3. Mbah Maridjan mengajarkan agar kita tidak gila hormat dan gila popularitas. Setelah persitiwa tahun 2006 yang mengangkat popularitasnya, konon mbah Maridjan enggan menemui wartawan. Sebelum meninggal ada wartawan yang sudah membuat kontrak pertemuan dengan satu syarat, wartawan itu tidak boleh membawa kamera.

Elizabeth D Inandiak seorang penulis dari Perancis, dalam bukunya The White Banyan itu mengungkapkan beberapa kata sederhana nan penuh makna dari Mbah Marijan diantaranya :, ”Saya ini orang-orang bodoh…. Kalau orang pintar diberi satu, akan minta dua. Tapi, kalau orang bodoh diberi satu, akan disyukuri.” Ini ungkapan Mbah Maridjan pula, ”Berjalan bertelanjang kaki, namun kepala saya selalu saya lindungi, karena kepala adalah bagian terhormat dari tubuh manusia. Bukankah dia yang memerintah kaki-kaki kita untuk melangkah?”
Semoga walaupun musibah ini menghadirkan duka yang mendalam,kita tetap bisa mengambil hikmahnya. Tidak cukup mengambil saja, tapi mari kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Memang, Mbah Marijan adalah manusia biasa yang tak luput dari kekurangan dan sisi negatif. Sisi-sisi negatif itu kemarin, sekarang ataupun esok hari akan menyertai biografi hidupnya. Orang seperti Mbah Marijan pastinya tak akan menyangka akan dikenal luas dan alur hidupnya akan menjadi banyak inspirasi bagi berbagai generasi. Ia kini tengah berbaring di suatu tempat yang hanya Tuhan sajalah yang tahu. Kita hanya bisa menebak bahwa ia tengah damai dalam pangkuan Ilahi.

Selamat jalan The Last Man on Merapi
created by LG
catatan : nama wartawan KOMPOS, TV One, Detak.com dan Bernas hanya nama fiktif yang dihubung-hubungkan.
Selengkapnya...

Kisah 4 Lilin

20.12, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Ada 4 lilin yang menyala di dalam sebuah kamar, sedikit demi sedikit lilin tersebut habis meleleh dan suasana terasa begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Aku adalah “Damai“. Namun manusia tak mampu menjagaku : maka lebih baik aku mematikan diriku saja !” Demikianlah sedikit demi sedikit sang Lilin Damai padam.

Aku adalah “Iman“. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkan Lilin Iman tersebut.
Dengan sedih giliran ketiga berbicara : Aku adalah “Cinta“. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya. ” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin Cinta tersebut.

Tanpa terduga…. ANAK pemilik rumah itu masuk ke dalam kamar untuk mengambil ‘benda-benda’ milik-Nya di sana, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena dia tidak bisa melihat jelas dalam gelap, ia berkata : ” Ekh, apa yang terjadi ? Kalian harus tetap menyala, Aku tidak mau rumah-Ku gelap !” Lalu ia menangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu lilin ke-empat berkata: ”Jangan takut, janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya”

”Akulah HARAPAN”

Lalu dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN. Harapan yang ada dalam hati kita. Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat seperti anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-Nya

Dari : "The Story of the Four Candles", Author : Unkown

Selengkapnya...

Tempayan Retak

20.10, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Ini adalah kisah China kuno, tersebutlah seorang Tukang air yang memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak.

Tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, sedangkan tempayan yang retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Hal ini terjadi selama dua tahun lamanya. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.

Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya,karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si Tukang air, “Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”
“Kenapa?” tanya si Tukang air. “Kenapa kamu merasa malu?” . “Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi,” kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, “Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si Tukang air atas kegagalannya.

Si Tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya
bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi lainnya?
Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

”Ketahuilah dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita”

Saduran dari The Story of Cracker Jar
Selengkapnya...

Ayah Penjaga

21.49, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya. Di akhir minggu, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut. Benar saja, di salah satu tikungan, ada sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.
Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat 'hangat' tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.
Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat. Namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdo'a dan berharap, kalau suatu saat Allah dapat memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendo'akan kesembuhan anaknya. Setiap hari.
Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yang tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Allah telah mengabulkan do'a sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yang telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. "Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."
Sahabatku, terkadang seperti Anak itulah tingkah kita. Terkadang kita Buta dan Tuli, tidak mau sedikit pun mendengar dan melihat sekeliling kita. Tapi Allah sebagai AYAH YANG BAIK dan SETIA pada Kita. Dia selalu dengan Sabar Menuntun dan Menolong Kita.

Kiriman mBak Evi

Selengkapnya...

Bai Fang Li, si Tukang Becak

02.16, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Namanya BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.

Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.

Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.

Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.

Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng. Dipojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.

Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong.Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.

Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.

Kejadian yang Mulai Merubah Pandangan Hidupnya
Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun.
Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.

Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana. "Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya...." jawab anak itu. "Orang tuamu dimana...?" tanya Bai Fang Li.
"Saya tidak tahu...., ayah ibu saya pemulung.... Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil..." sahut anak itu.

Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.

Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.

Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.

Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan membeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.

Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm... tapi masih cukup bagus... gumannya senang.

Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.

"Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini...," katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.

Dalam Memberi, Bai Fang Li Tak Pernah Menuntut Apapun
Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.

Bai Fang Li berkata "Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan......" katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis........

Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta rupiah, jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.

Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan "Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luarbiasa".

Bila SESEORANG yang miskin menyumbang dari kekurangannya, maka ia adalah salah satu PENGHUNI SURGA yang diutus ke dunia, yang mengajarkan kita untuk selalu BERSYUKUR dan selalu BERBAGI kepada sesama.
Kiriman SKK Isat
Selengkapnya...

8 Kebohongan Seorang Ibu

02.37, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Cerita ini bermula ketika saya masih kecil, kebetulan Saya dilahirkan dalam keluarga yang berkekurangan. Hidup kami hanya pas-pasan. Pernah seharian kami hanya mendapatkan sebungkus nasi dan ibu memberikannya kepada saya. Sambil menuangkan nasi ke dalam piring saya, Ibu berujar "Makanlah nasi ini, Nak! Ibu tidak lapar.". Ini Kebohongan Pertama Ibu.

Beranjak remaja, di waktu luang, ibu sering pergi memancing di sungai dekat rumah kami, ibu berharap dari ikan yang beliau tangkap, beliau bisa memberikan sedikit makanan yang lebih bergizi untuk petumbuhan anak-anaknya. Kurang beruntung, kali ini Ibu hanya mendapat 2 ikan saja, lantas beliau membuat sup ikan seadanya. Ibu mendampingiku selama makan, Ibu cukup memakan apa yang masih tersisa yang ada ditulang ikan sisa yang telah saya makan, hati saya terharu melihatnya. Dengan sumpit saya ambilkan ikan lain yang masih utuh untuk Ibu tapi dia langsung menolaknya dan segera berkata, "Makan ikan ini, nak, ibu tidak suka ikan.!". Ini Kebohongan Kedua Ibu.

Untuk pendidikan kami, Ibu kulakan di Pabrik Korek api , dibawanya pulang beberapa kotak besar penuh batangan korek api. Sesampai di Rumah, batang korek api itu diisikannya ke kotak-kotak korek api yang kecil, siap untuk dijual eceran kembali. . Hal ini dilakukan semata-mata agar anak-anaknya bisa mendapatkan biaya untuk pendidikan yang terbaik.
Di suatu malam yang dingin Saya terbangun dan mendapati Ibu mengisi kotak korek api tersebut dengan hanya diterangi cahaya lilin. Lalu Saya berkata, "Ibu, tidurlah, hari sudah larut malam, Ibu bisa melanjutkannya besuk pagi.” "Ibu tersenyum dan berkata" . Pergilah tidur, Nak! Ibu tidak lelah. "
Ini Kebohongan Ketiga Ibu.

Ketika saya menempuh Ujian Akhir, Ibu selalu menemani belajar saya hingga fajar. Begitupun ketika ujian berlangsung Ibu menunggu saya selama berjam-jam tanpa mempedulikan panasnya terik matahari. Ketika bel berbunyi, Saya berlari menemuinya, Ibu pun memeluk saya dan memberikan segelas teh yang telah beliau siapkan di termos. Dalam hati saya bergumam ” Cinta Ibu-ku lebih kuat dari sekedar Teh ini, biarpun teh ini sangat-sangat menyegarkan”. Ketika kulihat wajah ibu yang penuh dengan peluh, Saya segera memberikan gelas dan meminta ibu untuk minum juga. Namun Ibu berkata "Minumlah nak, Ibu tidak haus!".
Ini Kebohongan Keempat Ibu.

Setelah Bapak meninggal, Ibu menjadi single parent. Dia harus bekerja sendiri, bahkan lebih keras lagi untuk membiayai kebutuhan hidup kami yang semakin berat. Kami sering kelaparan.
Melihat kondisi keluarga kami memburuk, Paman kami yang baik yang tinggal di dekat rumah kami membantu sebisanya. Bahkan tetangga kami yang simpati sering menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tapi Ibu menolak untuk menikah lagi dan mengatakan "Saya tidak butuh cinta."
Ini Kebohongan ibu yang kelima.

Setelah saya menyelesaikan studi dan mendapatkan pekerjaan, sudah waktunya bagi Ibu saya yang semakin tua itu untuk pensiun. Tetapi ibu tidak mau berhenti, setiap hari beliau pergi ke pasar hanya untuk menjual sebakul sayuran. Saya terus mengirim uang, tapi beliau teguh dan bahkan mengirimkan kembali uang tersebut ke saya. Dia berkata, "Saya masih punya cukup uang. "
Itu adalah Kebohongan Keenam Ibu.

Didanai oleh American Corporation tempat saya bekerja saya dapat meneruskan studi untuk mengambil gelar Master, saya berhasil dalam studi saya dan mendapatkan imbalan sallary yang jauh lebih besar dari gaji sebelumnya, saya memutuskan untuk membawa ibu untuk menikmati hidup di Amerika, tetapi Ibu tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepada saya "Saya tidak terbiasa hidup high-class"
Itu adalah Kebohongan Ketujuh Ibu

Dalam pikun-nya, Ibu diserang oleh kanker dan harus dirawat di rumah sakit. Sekarang Ibu tinggal jauh di seberang lautan, Dalam kerinduan , saya putuskan pulang ke rumah untuk mengunjungi Ibu yang sedang terbaring di tempat tidur sehabis operasi. Ibu mencoba tersenyum, tapi saya sungguh terpukul karena dia begitu kurus dan lemah tetapi Ibu berkata, "Jangan menangis, nak, Ibu tidak sakit.!"
Itu adalah Kebohongan Kedelapan Ibu.Sekaligus kalimat terakhir Ibu, dan Beliau menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya, Beliau meninggal.

YA, IBU ADALAH MALAIKATKU !

M - O - T - H - E - R



"M" is for the Million things she gave me,
"O" means Only that she's growing old,
"T" is for the Tears she shed to save me,
"H" is for her Heart of gold,
"E" is for her Eyes with love-light shining in them,
“R " means Right, and right she'll always be,



Bagi Anda yang beruntung masih memiliki Ibu sampai hari ini , bersyukurlah. Bagi mereka yang sudah tidak memiliki Ibu, semoga cerita ini menjadi kenangan yang indah akan Ibu saudara. Amin


Kiriman dari Pak Ari teman KPKS 05 Bogor

Selengkapnya...

Cara Bijak Memberi

23.59, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Pada masa-masa susah di sebuah kota kecil Idaho, saya suka mengunjungi toko kecil di tepi jalan milik Mr Miller yang menyediakan produk segar hasil pertanian. Makanan dan uang cukup langka pada waktu itu...dan jual beli dilakukan dengan cara tukar menukar barang.
Satu hari, Mr Miller sedang mengepak kentang-kentang yang saya beli ketika tidak sengaja saya melihat seorang anak yang kecil kurus kelaparan, compang-camping tetapi bersih, nampak sedang memilih-milih kacang polong segar yang baru dipetik di keranjang. Saya membayar untuk kentang-kentang saya sambil ikut tertarik pada kacang polong tersebut. Saya adalah penjual kentang dan krim kacang. Saat menimbang kacang polong, tanpa sadari, saya ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
"Halo Barry, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya si pemilik toko.'Halo, Mr Miller. Saya baik, terima kasih ya. Saya cuma mengagumi kacang polong ini....tampak segar dan bagus-bagus"

"Itu memang bagus Barry. Bagaimana dengan ibu kamu? "

"Oh...dia membaik, dan nampak semakin kuat."

"Bagus. Apa ada yang bisa saya bantu? "

"Tidak, Sir. saya cuma mengagumi kacang polong ini. "

'Apakah kamu ingin beberapa untuk di bawa pulang? " kata Mr Miller.

"Tidak, Sir. Saya tidak ada uang untuk membayar. "

"Jika begitu, apa kamu punya sesuatu sabagai penukar?"

"Saya hanya punya beberapa kelereng hadiah."

"Apakah itu benar? Coba kulihat "kata Mr Miller.

"Ini .. bagus. "

"Aku bisa melihatnya. Hmm sayang warnanya biru sedang saya mencari warna merah. Apakah kamu memilikinya seperti ini di rumah? "

"Tidak persis tapi hampir sama. "

'Begini saja. Ambil saja dulu kacang polong ini, dan lain kali, kamu bawa kelereng kamu yang merah '. kata Mr Miller kepada anak itu.

"Tentu. Terima kasih Mr Miller. "

Ny Miller, yang sedang berdiri tidak jauh, datang untuk membantu saya. Dengan tersenyum dia berkata, "Ada dua anak laki-laki lain seperti dia di komunitas kami, ketiganya sama-sama sangat miskin. Jim suka tawar-menawar dengan mereka untuk kacang polong, apel, tomat, atau apa pun. Jika mereka kembali dengan warna yang diminta, Jim akan berkata bahwa dia sudah tidak mencari warna tersebut dan akan menanyakan warna lainnya. Tetapi Jim tetap memberikan apa saja yang mereka ingin tukarkan."

Saya meninggalkan toko sambil tersenyum sendiri, terkesan dengan orang ini. Beberapa waktu kemudian saya pindah ke Colorado, tapi saya tidak pernah lupa kisah tentang orang ini, anak-anak, dan cara barter mereka.

Beberapa tahun berlalu dengan cepat. Baru-baru ini saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi beberapa teman lama di komunitas Idaho dan mendengar bahwa Mr Miller meninggal dunia. Teman-teman saya berencana untuk berkunjung sore itu dan saya sepakat untuk ikut.

Saat tiba di tempat jenasah disemayamkan, kita menemui keluarga almarhum untuk menyampaikan bela sungkawa dan kata-kata penghiburan. Di depan kami, nampak tiga orang muda. Salah satunya mengenakan seragam tentara dan dua lainnya berpotongan rambut bagus, setelan gelap dan kemeja putih ... semua tampak sangat profesional.

Mereka semua menghampiri Mrs Miller dan berdiri disampingnya sambil tersenyum kepada jenasah Mr Miller di dalam peti mati.

Setiap pemuda memeluknya, mencium pipi, bicara singkat dengannya dan pindah ke peti mati, dengan mata berkaca-kaca, satu per satu, masing-masing pemuda berhenti sebentar dan meletakkan tangan mereka di atas tangan yang pucat dingin di peti mati. Satu persatu meninggalkan tempat itu sambil menyeka mata.

Giliran kami datang menemui Ny Miller. Saya bilang padanya siapa saya dan mengingatkannya pada kisah dari tahun-tahun yang lalu dan ketika ia bercerita tentang suaminya yang suka berbarter untuk kelereng. Dengan mata berkaca-kaca, dia meraih tanganku dan membawa saya ke peti mati.

"Mereka tiga pemuda yang baru saja meninggalkan adalah anak laki-laki yang kuceritakan dulu.

Mereka hanya mengatakan kepada saya bagaimana mereka menghargai hal-hal yang Jim 'perdagangkan' pada mereka. Sekarang, pada akhirnya, ketika Jim sudah tidak bisa lagi meminta warna atau ukuran kelereng .... mereka datang untuk membayar utang mereka. "

'Kami tidak pernah memiliki banyak kekayaan di dunia ini, "ia mengaku," tapi sekarang, Jim akan menganggap dirinya orang terkaya di Idaho ..'

Dengan lembut, dia mengangkat jari-jari almarhum suaminya. Nampak disitu tiga buah kelereng warna merah yang bersinar indah.

Moral:
Orang mungkin tidak bisa mengingat semua perkataan kita, tetapi akan mengingat sagala perbuatan baik kita.
Hidup ini tidak diukur oleh nafas yang kita habiskan, tetapi oleh waktu yang kita habiskan untuk bernafas.

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sumber: milist teman
Selengkapnya...

Kasih Ibu dan Tiga Karung Berasnya

23.37, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggallah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang. Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja di sawah. Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut dan kemudian berkata kepada ibunya: "Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja di sawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa ke sana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : "Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, di sini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk ke dalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras di rumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !". Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya Bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk di atas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja di sawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi." Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru-buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya dan akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.
Di hari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi di sana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.
Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi." Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik ke atas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke belakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: "Oh Mamaku..................”
Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang zaman dan sepanjang kenangan." Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagiaan serta sukses di masa depannya.


Sumber : generasi minyak anggur/lh3

Selengkapnya...

Senyummu Sungguh Berarti

18.47, Posted by Ch. Yosefina, No Comment


Bukan karena hidup bahagia lalu
"kamu tersenyum",
Tapi karena kamu tersenyum maka
"hidup jadi bahagia"...

Bukan karena semua orang bersahabat lalu
"kamu tersenyum",
Tapi karena kamu tersenyum maka
"semua orang jadi bersahabat"...
Bukan karena pekerjaan menyenangkan lalu
"kamu tersenyum",
Tapi karena kamu tersenyum maka
"pekerjaan jadi menyenangkan"...

Bukan karena keluarga harmonis lalu
"kamu tersenyum",
Tapi karena kamu tersenyum maka
"keluarga jadi harmonis"...

Bukan dunia yang membuat
"kamu tersenyum",
Tapi senyumanmulah yg membuat
"dunia jadi tersenyum"...

:)You can...just Smile...:) kiriman dari rekan milist
Selengkapnya...

Mangkuk Kayu

19.10, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Seorang kakek tua pergi tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang berumur empat tahun. Kakek tua ini, tangannya gemetaran, penglihatannya kabur, dan jalannya bertatih-tatih.
Keluarga ini makan bersama di meja. Tapi tangan kakek tua yang gemetaran dan matanya yang kabur membuatnya tidak dapat makan dengan baik. Makanan sering jatuh ke lantai dan saat ia coba minum, airnya tertumpah ke atas meja.
Anak dan menantunya menjadi jengkel karena kakek tua itu sering mengotori meja makan.
"Kita harus berbuat sesuatu tentang ayah," katanya anaknya.
"Aku sudah tidak tahan lagi dengan air yang tumpah ke mana-mana, makanan di lantai dan cara makannya yang membuat orang tidak nyaman."
Lalu, pasangan suami istri ini menyiapkan satu meja kecil di hujung ruangan. Di situ, kakek tua makan sendirian sementara keluarganya menikmati makan bersama di meja makan. Karena kakek tua sering memecahkan piring, makanannya disajikan di atas mangkuk-mangkuk kayu.
Saat keluarganya memandang ke arahnya yang sedang duduk makan sendirian, seringkali mereka melihat air mata di mata kakek. Namun, tetap saja, pasangan suami istri itu dengan keras menegur kakek ketika ia menjatuhkan senduk atau menumpahkan makanan.
Anak kecil berumur empat tahun itu memerhatikan semuanya
Suatu hari sebelum makan malam, sang ayah melihat anaknya bermain dengan serpihan kayu di lantai. Dengan hangat, ayahnya bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan?" Dengan penuh kasih anaknya menjawab, "Oh, saya sedang membuat mangkuk untuk papa dan mama makan setelah saya dewasa." Dengan senyuman di bibir, anak itu melanjutkan apa yang sedang dilakukannya.
Kata-kata anak kecil itu membuat orang tuanya tersentak. Lalu air mata berlinangan di pipi mereka. Sekalipun mereka tidak berkata apa-apa, mereka tahu apa yang harus dilakukan.
Malam itu, sang suami memimpin tangan kakek dengan lembut dan membawanya ke meja makan keluarga. Di sisa hidupnya, kakek itu makan bersama keluarganya. Dan entah mengapa, anak atau menantunya, tidak lagi merasa terganggu saat kakek menjatuhkan senduk, menumpahkan air dan mengotori meja makan.
(Kisah ini pertama kali ditulis oleh Leo Tolstoy The old man and his grandson)
Selengkapnya...

Pensil

22.32, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Sorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat .
"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai." "Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.
Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini." "Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya" .
"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".
"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar"..
"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".
"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan". (by Paulo Coelho)

Selengkapnya...

Kisah Sebatang Bambu

22.05, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"

Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu."
Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur."

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam....., kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"

Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."

Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki."

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa, Tuhan sedang membuat kita sempurna untuk dipakai menjadi penyalur berkat. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi kerajaan-Nya? Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, " Ini aku Tuhan, perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki."

Disadur dari http://www.klinikrohani.com
Selengkapnya...

Nelayan yang Berkecukupan

09.59, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Seorang Usahawan terperanjat ketika menjumpai seorang Nelayan sedang berbaring santai di samping perahunya sembari menghisap pipa.

Lalu kata Usahawan itu, ”Mengapa kau tidak pergi menangkap ikan?”

”Karena ikan yang kutangkap sudah cukup untuk hari ini”, sahut si nelayan tersebut dengan santai.

”Mengapa kau tidak menangkap lebih banyak lagi?”, begitu saran si Pengusaha dengan sedikit keheranan.

”Buat apa?” balas si Nelayan

”Agar mendapat lebih banyak duit, lalu kau bisa beli motor tempel untuk perahumu, sehingga kau bisa melaut lebih jauh dan menangkap lebih banyak ikan!”. ”Itu akan menghasilkan lebih banyak duit untuk membeli pukat nilon”. ”Jadi lebih banyak ikan, lebih banyak duit!”

”Tak lama duitmu akan cukup untuk membeli dua kapal, bahkan sejumlah kapal, lalu kau pun akan menjadi kaya seperti aku!”

”Lantas aku bisa apa lagi”, sergah si nelayan sambil mengernyitkan dahinya.

”Nah, selanjutnya barulah kau bisa benar-benar menikmati hidup”, ujar si Usahawan dengan bangga.

Si Nelayan tidak bergeming, ia kelihatan tetap santai berbaring, bersandar di perahunya sambil menghisap pipa itu dalam-dalam, lalu ia pun balik bertanya, ”Lho, emangnya sekarang ini aku sedang apa?” "Menikmati hidup bukan?"


Renungan: Mana yang lebih anda miliki : Harta melimpah atau kemampuan untuk menikmati hidup?

Diambil dari Kicauan Burung, Anthony de Mello hal 183
Selengkapnya...

Secangkir Kopi Kehidupan

09.01, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Suatu hari beberapa alumni Universitas California Berkeley yg sudah bekerja & mapan dalam karir, mendatangi Profesor kampus mereka yang kini sudah lanjut usia. Mereka membicarakan banyak hal menyangkut pekerjaan maupun kehidupan mereka.

Sang Profesor lalu ke dapur dan kembali dengan membawa seTéko kopi panas. Disebuah nampan ia membawa bermacam-macam cangkir. Ada yg terbuat dari kaca, kristal, melamin, beling dan plastik. Beberapa cangkir nampak indah dan mahal, tetapi ada juga yg bentuknya biasa-biasa saja dan terbuat dari bahan yang murah. "Silahkan masing-masing mengambil cangkir dan menuang kopinya sendiri", Sang Profesor mempersilahkan tamu-tamunya. Setelah masing-masing sudah memegang cangkir berisi kopi, Profesor itu berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir-cangkir yang bagus dan yang tertinggal kini hanya cangkir murah dan tidak begitu menarik. Memilih yang terbaik adalah hal yang normal. Tetapi sebenarnya justru disitulah persoalannya. Ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian menjadi terganggu. Kalian mulai melihat cangkir-cangkir yang dipegang orang lain dan membandingkanya dengan cangkir yang kalian pegang. Pikiran kalian terfokus kepada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya, melainkan kopinya."

Sesungguhnya kopi itu adalah kehidupan kita, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, uang dan posisi yang kita miliki. Jangan pernah membiarkan wadah dari kopi mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Orang boleh saja menaruh kopi kedalam gelas kristal yg sangat mahal dan indah, tetapi belum tentu mereka dapat merasakan nikmat dari kopi tersebut. Artinya, ada sebagian orang yg menurut penglihatan jasmaniah kita mereka begitu beruntung dan berbahagia, tetapi belum tentu mereka dapat menikmati indahnya karunia kehidupan yang diberikan oleh Tuhan.

Mari kita belajar menghargai dan mensyukuri hidup ini bagaimanapun cara Tuhan "mengemas"nya untuk masing-masing kita. Yang penting sikapi anugerah kehidupan dengan baik serta mengisinya dengan hal-hal yang benar dan positif.

Selengkapnya...

Yesus dan Piala Dunia

23.34, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Diantara gempitanya Piala Dunia di Afrika, dan untuk mendukung program Anti Rasis, Panita FIFA sepakat untuk menyelenggarakan Pertandingan hiburan, kali ini akan ditampilkan pertandingan antara kesebelasan Protestan melawan kesebelasan Katholik. Maka dipilihlah 11 pemain terbaik peserta Piala Dunia yang beragama Protestan dan 11 lagi yang terbaik dari yang beragama Katolik.

Kapten kesebelasan Protestan adalah Christiano Ronaldo, sedang kapten kesebelasan katolik adalah Lionel Messi. Wasit yang ditugaskan FIFA dalam pertandingan ini adalah Yuichi Nishimura, dari Jepang yang beragama Shinto.
Karena ini adalah partai istimewa maka Tuhan Yesus datang untuk menonton pertandingan ini. Panitia memang tidak mengundangnya, karena Panitia takut Yesus gak akan mampu bayar untuk tiket VIPnya, maklum Dia kan anak Tukang Kayu jadi pasti gak mampu bayar, begitu pikirnya.

Yesus pun memilih duduk di bangku kelas ekonomi berbarengan orang kebanyakan yang justru banyak ulahnya. Ada yang dicorat coret wajahnya dengan tanda salib merah, ada yang membawa bendera vatikan, ada yang membawa wirog dupa untuk prosesi misa dan ada juga yang meniup terompet Malaikat ala Afrika yang suaranya hampir memecahkan telinga. Namun Yesus duduk dengan tenang dan antusias menanti pertandingan tersebut.

Akhirnya pertandingan dimulai, menit demi menit kedua kesebelasan itu menampilkan kebolehannya, juga tehniknya. Namun demikian masih saja ada pelanggaran. Biasanya wasit memberikan hukuman kepada pemain yang melakukan pelanggaran dengan hukuman berdoa, yang Kristen diminta berdoa Bapa Kami, yang Katolik diminta berdoa Salam Maria 3x.

Setengah permainan belum terjadi goal, baru dimenit ke-75 Miroslav Klose dari kesebelasan Katholik menyarangkan gol ke kiper lawan yang kebetulan dijaga kiper Inggris, David James, Tuhan Yesus pun berdiri untuk memberikan aplaus. Beliau bertepuk tangan penuh suka cita. Hal itu membikin Nelson Mandela yang ada tidak jauh dari Yesus pun bergumam, “Rupanya Yesus mendukung kesebelasan Katolik”, pikirnya.

Kesebelasan Protestan tidak gentar akhirnya sundulan Andreas Iniesta, asist dari Dari David Vila berhasil menggetarkan jala yang dikawal oleh Yulio Caesar kiper tangguh dari Brazil.

Kembali Yesus bangkit berdiri, memberikan aplaus tepuk tangan untuk kedudukan imbang 1-1. Penonton di sebelahnya, yang kebetulan penyanyi kondang Mick Jager heran dan bertanya "Guru, sebenarnya Engkau memegang kesebelasan mana?" “Katolik atau Protestan?”.

Maka Jawab-Yesus, "Aku bertepuk tangan ketika melihat cara bermainnya bagus". Demikianlan sabda Tuhan.

(diinspirasi dari The Song of Bird buku karya Antony de Melo)
Selengkapnya...

Tuhan itu Maha Baik

09.37, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Di sebuah Padang tinggallah seorang Petani dengan seorang anak lali-laki yang sangat ia cintai. Kekayaan petani itu hanyalah seekor kuda betina.

Seperti layaknya perkampungan biasanya rumah-rumahnya menggerombol . Sayang sungguh sayang lingkungan si Petani ini kurang baik, karena masyarakatnya punya kebiasaan ”ngrasani”.

Suatu hari desa itu gempar ....... karena kuda satu-satunya si petani itu hilang ..... hari itu juga hilangnya sang kuda menjadi buah bibir .... di jalan, di ladang, di pasar, di warung, semua orang membicarakan nasib si Petani. Kebanyakan dari mereka menyalahkan si Petani, banyak diantara mereka yang menganggap si Petani itu apes karena tindakannya berbuat dosa.
Kabar itu sampai juga ke telinga si petani, namun si Petani itu hanya bergumam bahwa ”Tuhan itu Maha Baik”

Tujuh hari berselang, sang Kuda yang hilang kembali menjadi buah bibir, karena kembali dengan membawa 10 ekor kuda liar jantan dari hutan. Spontan penduduk yang gila gosip pun menyanjung si petani, ”Wah, sungguh hebat si Petani ini, hanya dalam seminggu kekayaannya berlipat sepuluh kali lipat”

Lagi-lagi petani yang rendah hati ini mengucap syukur, ”Tuhan itu Maha Baik”


Suatu siang, ketika anak laki-laki si Petani sedang menyabit rumput di Padang, tubuhnya ditabrak oleh segerombolan kuda-kuda miliknya yang berlarian. Kecelakan itu menyebabkan kakinya patah ......

Tak ada habis-habisnya Penduduk desa itu menyumpahi si Petani, ”Itulah kalau hanya mikirin kekayaan, sampai anaknya sendiripun tidak dipikirkan”, ”Ini pasti karma dari perbuatannya”, begitulah serapah penduduk yang menjadi ’trending topic” hari itu. (hi hi hi minjam istilah tweeter)

Si Petani dengan sabar menerima kenyataan ini , karena baginya buah-buah Roh Kudus no 9 yaitu Penguasaan Diri selalu bersemayam di hatinya. Dia pun tetap yakin bahwa ”Tuhan itu Maha Baik”

Menjelang bulan sabit berakhir, Raja Digdaya yang memerintah negeri itu mengeluarkan maklumat, bagi Pemuda yang bertubuh sehat harus melakukan wajib militer untuk menghadapi serangan musuh dari Kerajaan Utara. Tak ayal semua pemuda di desa itu diberangkatkan untuk manahan serangan musuh.

Sungguh malang tak ada satupun pemuda desa itu yang pulang kembali dengan selamat, semuanya tinggal nama. Terkecuali satu-satunya pemuda anak Petani yang cacat itu karena memang tidak diwajibkan ke medan tempur.

”TUHAN ITU MAHA BAIK”
Selengkapnya...

Cinta itu Indah

01.50, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Alkisah di sebuah kampung di kaki bukit Merapi yang damai disitu tinggalah pasangan suami istri, Pak Tulus dan Bu Kasih, yang miskin. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana yang hanya beralaskan tanah dan beratapkan jerami. Harta Pak Tulus yang berharga satu-satunya hanyalah sebuah jam tangan merek Rolex yang ia beli dari jerih payahnya bekerja bertahun-tahun sebagai Tukang bangunan ketika merantau di Jakarta. Malangnya rantainya sudah rusak karena pernah jatuh di jalan dan terlindas becak yang lewat.

Demikian pula dengan Bu Kasih istrinya, satu-satunya harta yang berharga miliknya adalah sebuah Tusuk Konde yang terbuat dari monel (emas putih). Biasanya bu Kasih mengenakan tusuk konde itu untuk hiasan rambutnya bila menghadiri pertemuan penting di kampungnya. Kebetulan juga rambut bu Kasih indah dan panjang.

Hampir 40 tahun mereka hidup dalam ikatan suci dan belum dikarunia anak, namun demikian mereka saling mencintai, bagi mereka janji perkawinan yang mereka ucapkan tanggal 28 Desember tahun 1950 disebuah kapel kecil di Wonogiri adalah janji setia selamanya.

Demikianlah, seperti biasa tiga hari setelah Natal mereka selalu merayakan ulang tahun perkawinan mereka secara sederhana. Tahun ini adalah hari Ulang tahun perkawinan mereka yang ke-50, orang bilang ini adalah ULANG TAHUN EMAS, Bu Kasih berpikir untuk memberikan yang terbaik buat Pak Tulus sebuah hadiah. Dia sangat ingin memberikan suaminya sebuah rantai untuk jam tangannya, tetapi karena tidak memiliki cukup uang diapun memutuskan untuk menjual Tusuk Konde monel-nya.

Namun karena dirasa tidak cukup iapun memutuskan juga untuk memotong rambutnya dan menjualnya supaya cukup untuk dibelikan sebuah rantai emas yang bagus untuk jam tangan Pak Tulus.

Begitupun juga Pak Tulus, dia juga ingin memberikan hadiah yang terbaik buat istrinya . Maka dijualnya satu-satunya Jam Tangan kesayangannya itu dan hasilnya dia belikan Tusuk Konde emas yang baru buat istri tercintanya. “Pasti istriku akan tampak cantik bila memakai tusuk konde yang baru ini”, pikirnya. “Aku akan berikan kejutan ini pas di hari ulang tahun perkawinan”, gumamnya.

Akhirnya, sore hari tepat di hari ulang tahun perkawinan, sekembalinya Bu Kasih dari pergi ke kota untuk menjual tusuk konde dan rambutnya itu dia tidak mendapati suaminya berada di rumah. Bu Kasih tampak gelisah, ”Kemana ya Mas Tulus, apa dia sudah melupakan hari yang indah ini”. Tangannya menggenggam sebuah kotak indah berisi rantai jam terbuat dari emas yang dia beli tadi siang. Bu Kasih tampak mulai kuatir. Dia tahu Pak Tulus sangat mengagumi rambut panjangnya, dan dia bertanya-tanya apakah Pak Tulus akan kecewa saat suaminya itu mengetahui bahwa dia telah memotong rambutnya dan menjualnya.

Bu Kasih pun duduk termangu di bangku bilik mereka yang kecil.

Sejurus kemudian terdengar suara dari dalam kamar menyapa, ”Selamat ulang tahun Sayang”, . Bu Kasih tampak terpana ia tahu rupanya Suaminya mau membuat kejutan, ternyata Pak tulus telah menunggu dan bersembunyi di Ruang tempat menumpuk kayu di belakang rumah. Bu kasih segera beranjak menuju suara yang memanggilnya. Saat dia membuka pintu, dia terkejut melihat Pak Tulus dengan muka yang cerah siap menunggunya. Di tangannya ada sebuah kotak yang terbungkus rapi berisi kado yang telah Pak Tulus belikan untuk istrinya.

Saat Bu Kasih melepas kerudungnya dan Pak Tulus melihat rambut Bu Kasih yang pendek, mata Pak Tulus mulai berkaca-kaca. Tapi dia menahan air matanya agar tidak menetes dan memberikan Bu Kasih kotak hadiahnya. Sambil terbata dia berujar, ”Selamat untuk ulang tahun pernikahan kita Sayang”, ” Aku belikan ini untukmu, tadi siang aku telah menjual jam tanganku, aku mencintaimu sayang”, dikecupnya kening istrinya itu dengan lembut.

Saat Bu Kasih membukanya, diapun tidak dapat mempercayai apa yang ada di depannya. Di dalam kotak itu ada satu set Tusuk Konde emas yang indah untuk rambutnya yang panjang. Tampak air mata bu Kasih meleleh, terpana .... dan iapun juga memberikan bungkisan pembeliannya untuk suaminya itu.

Dan saat Pak Tulus membuka bingkisannya, diapun juga terkejut. Di dalam kotak itu ada sebuah rantai emas yang indah untuk jam tangannya yang telah ia jual.
Pak Tulus terperangah, bola matanya mulai berlinang, lalu dipeluknya istrinya erat-erat, Bu Kasih pun memeluk suaminya itu , dan dari mulutnya keluar kata lirih ”Selamat ulang tahun buat perkawinan kita Mas, aku mencintaimu juga”.


Demikianlah teman-teman akhirnya Pak Tulus dan Bu Kasih mendapatkan hadiah yang pasti tidak dapat dipakainya lagi, karena jam tangan Pak Tulus telah di jual, demikian pula bu Kasih yang kini rambutnya telah pendek tidak mungkin menggunakan tusuk konde itu lagi.

Teman-teman, hadiah-hadiah ini sebenarnya sangat indah, tetapi jauh lebih indah cinta yang dilambangkan oleh hadiah-hadiah yang mereka berikan ini. Selamat merenungkan. Amin
Selengkapnya...