RSS : Articles / Comments


Mangkuk Kayu

19.10, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Seorang kakek tua pergi tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang berumur empat tahun. Kakek tua ini, tangannya gemetaran, penglihatannya kabur, dan jalannya bertatih-tatih.
Keluarga ini makan bersama di meja. Tapi tangan kakek tua yang gemetaran dan matanya yang kabur membuatnya tidak dapat makan dengan baik. Makanan sering jatuh ke lantai dan saat ia coba minum, airnya tertumpah ke atas meja.
Anak dan menantunya menjadi jengkel karena kakek tua itu sering mengotori meja makan.
"Kita harus berbuat sesuatu tentang ayah," katanya anaknya.
"Aku sudah tidak tahan lagi dengan air yang tumpah ke mana-mana, makanan di lantai dan cara makannya yang membuat orang tidak nyaman."
Lalu, pasangan suami istri ini menyiapkan satu meja kecil di hujung ruangan. Di situ, kakek tua makan sendirian sementara keluarganya menikmati makan bersama di meja makan. Karena kakek tua sering memecahkan piring, makanannya disajikan di atas mangkuk-mangkuk kayu.
Saat keluarganya memandang ke arahnya yang sedang duduk makan sendirian, seringkali mereka melihat air mata di mata kakek. Namun, tetap saja, pasangan suami istri itu dengan keras menegur kakek ketika ia menjatuhkan senduk atau menumpahkan makanan.
Anak kecil berumur empat tahun itu memerhatikan semuanya
Suatu hari sebelum makan malam, sang ayah melihat anaknya bermain dengan serpihan kayu di lantai. Dengan hangat, ayahnya bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan?" Dengan penuh kasih anaknya menjawab, "Oh, saya sedang membuat mangkuk untuk papa dan mama makan setelah saya dewasa." Dengan senyuman di bibir, anak itu melanjutkan apa yang sedang dilakukannya.
Kata-kata anak kecil itu membuat orang tuanya tersentak. Lalu air mata berlinangan di pipi mereka. Sekalipun mereka tidak berkata apa-apa, mereka tahu apa yang harus dilakukan.
Malam itu, sang suami memimpin tangan kakek dengan lembut dan membawanya ke meja makan keluarga. Di sisa hidupnya, kakek itu makan bersama keluarganya. Dan entah mengapa, anak atau menantunya, tidak lagi merasa terganggu saat kakek menjatuhkan senduk, menumpahkan air dan mengotori meja makan.
(Kisah ini pertama kali ditulis oleh Leo Tolstoy The old man and his grandson)
Selengkapnya...

Pensil

22.32, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Sorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat .
"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai." "Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.
Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini." "Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya" .
"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".
"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar"..
"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".
"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan". (by Paulo Coelho)

Selengkapnya...

Kisah Sebatang Bambu

22.05, Posted by Ch. Yosefina, No Comment

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"

Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu."
Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur."

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam....., kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"

Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."

Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki."

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa, Tuhan sedang membuat kita sempurna untuk dipakai menjadi penyalur berkat. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi kerajaan-Nya? Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, " Ini aku Tuhan, perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki."

Disadur dari http://www.klinikrohani.com
Selengkapnya...